Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Yogya Istimewa, Sewakul-Ungaran Menista, dan Politisasi Pandemi

19 April 2020   09:28 Diperbarui: 19 April 2020   09:27 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa benar, bisa setengah benar, bahkan ada yang sama sekali salah sekalipun tetap saja dibagikan dan diyakini kebenarannya. Kebayangkan kan orang kadang jadi bingung mana yang benar atau ada kebenaran, dan bahkan salah sekalipun, saking banyaknya arus informasi yang diberikan.

Campur aduk kepentingan, agama, politik, dan kadang hukum sekalipun. Sekalinya pejabat agama yang bicara dianggap pasti benar. Ketika bicara politik ya belum tentu juga. Latar belakang pejabat agama menjadi penting.

Bagaimana untuk kehidupan lebih baik?

Membiasakan masyarakat untuk kritis, ingat kritis membaca. Berani mempertanyakan jika ada yang berbeda atau malah bertolak belakang. Sikap ini menjadi penting, sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh media atau kepentingan segelintir elit.

Pemuka agama, ingat bukan bicara hanya satu agama, relatif semua agama berlaku yang sama. Ketika pemimpinnya mengatakan sesuatu, lihat di belakang dan ke belakang, adakah kepentingan politik praktisnya atau tidak. Ini tidak berkaitan dengan dosa atau penistaan karena menyangkut kebenaran yang kadang sumir karena adannya kepentingan.

Lebih berdosa jika ikut sesat tanpa mau memberitahukan kebenaran yang lebih universal. Penyakit bahkan global, bukan hanya bangsa ini.

Taat azas. Jangan campur adukan agama dan ideologi berbangsa. Jika masih saja demikian, ya tidak akan beranjak jauh. Mundur terus karena saling curiga dan tidak maju-maju. Ribet dan ribut pada tataran yang sudah selesai.

Gelorakan khabar positif, kesembuhan dan harapan jauh lebih baik dari pada membahas kematian dna jenazah. Hal yang seolah ada yang menghalangi untuk melihat yang pesimis dari pada harapan baik bagi hidup bersama.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun