Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Perihal Pembaca Artikel

18 April 2020   07:43 Diperbarui: 18 April 2020   07:51 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pagi-pagi mendapati artikel yang mengupas mengenai sepinya pembaca. Knersnya paham mengapa demikian dan juga mendapatkan solusi atas itu semua. Kedatangan vote dan komentar baik yang mendukung atau ikutan menyatakan pendapat sangat positif. Wajar namanya bermedia sosial. Menulis ya maunya dibaca. Mata yang ada di atas itu naik sangat tinggi.

Saya termasuk akun yang jauh lebih beruntung, karena pekan pertama sudah masuk pada tataran TA, trending article, posisi prestisius saat itu. keberadaan artikel dalam TA sangat seksi karena akan ada di layar utama selama delapan jam. Keputusan sepenuhnya pada admin bukan karena interaksi warga atau jumlah pembaca.

Berbeda dengan HL atau AU saat ini, posisi TA lebih menjanjikan pembaca malah. Terpopuler dulu belum ada di layar utama. Tampaknya ini adalah upaya admin untuk membrandingkan penulis sekaligus Kompasiana tentu saja. Mengapa demikian? Jelas dengan menempatkan artikel yang memiliki potensi keterbacaan, pun kontroversi dalam arti yang positif, semua, baik K ataupun Kners lebih dikenal. Saya merasakan betul dampak itu.

Mulai pembaca dua digit, hari kelima atau ketujuh, artikel pertama masuk TA ini mulai merasakan digit ketiga hingga empat. Seribu pembaca dengan artikel yang masih sebanyak jari. Kaget dan benar bergetar mau menjawab tidak bisa, tapi merasa harus menjawab. Memang sangat kontroversial sih temanya, tapi karena tidak tahu dan belum paham, asal nulis dan cocok saja. Mengenail pluralisme.

Bayangkan seminggu main media dikomentari pihak yang kontrapluralisme, profesor lagi. Dukungan banyak, bahkan ada yang menyatakan siap-siap lapak dibakar. He...he....kanal agama waktu itu masih ada. Lha teman saja belum ada. Bingung mau apa.

Mulai dari sana setiap artikel ramai, mau menulis tiga empat artikel itu tiga digit, minimal 300 pasti bisa. Tidak pernah berpikir label mau pilihan atau tidak, mau sedikit atau banyak pembaca. Masih senang-senangnya menulis.

Saling komentar, bisa sampai puluhan dan ratusan komentar. Mau nyambung atau tidak, sangat mungkin terjadi. interaksi terjalin, ada saling kunjung dan vote waktu itu bisa 80 sampai 100 tanpa akun tuyul. Akun-akun bayangan semua tahu kog siapa-siapa pelakunya. Tidak menjadi persoalan karena adanya suasana untuk guyub dan becanda.

Label. Era itu label bukan yanng utama. kebersamaan, becanda, dan ramai-ramai untuk saling kunjung lebih menarik. Tidak heran ketika kemarin ada akun baru dan membaca-baca artikel lama mengatakan mengapa K tidak seperti yang lama? Namanya hidup itu ke depan. Semua memiliki dinamika sendiri. Itu jawaban saya. Pun soal tagline juga berbeda. Ketika sharing and connecting, tentu suasananya memang demikian.

Mau ramai atau label dan tidak, kadang bisa menjadi penyemangat atau malah pematah semangat. Wajar, tetapi bagus ketika mengingat kata pendiri Kompasiana, Kang Pepih Nugraha yang sering mengatakan, biar tulisan menemukan jalannya sendiri. Artinya biar seperti itu nanti pembaca yang akan memberikan apresiasi.

Memang sebagai penulis perlu mengadakan upaya dan usaha. Beberapa hal yang layak dicoba;

Kunjungan, atau jalan-jalan ke blog atau penulis lain itu utama. Tinggalkan jejak minimal vote, apalagi komentar positif dan menjalin komunikasi. Ini penting,  pembaca akan melihat di mana-mana ada, cenderung akan ikut membuka  akun kita.

Sepanjang tidak melanggar aturan, mengapa tidak. Menitipkan link tulisan kita. Bisa di Kompas.com, ketika membaca berita dan cocok dengan tema kita mengapa tidak, apalagi di tulisan teman sendiri di K. Lha dulu masih bisa menitipkan link di Detik segala. Ini upaya kog, dan sah-sah saja. Saya saja masih sering juga.

Lepaskan, sebisa mungkin bebas keinginan berlebihan, mau viral, ramai, atau banyak pengunjung dan komentar. Nah dengan bebas cenderung tulisan kita mengalir dan mendapatkan respons yang bagus. Jangan pernah berpikir lha itu atau itu lho seperti itu saja bisa. Lagi-lagi jalan orang dan tulisan beda-beda.

Jangan pernah takut untuk menuliskan apapun  itu, sepanjang tidak melanggar peraturan. Ini penting, jadi ketika ada hater, tidak khawatir. Jika main di kanal politik, jangan kaget. Akun saya sih aman karena saking lamanya jadi sudah hafal.

Ikut komunitas, baik di K atau media percakapan. Ini penting, bukan menambah hits sih, menambah wawasan dan diskusi-diskusi yang memberikan masukan penting bagi cara dan isi  tulisan. Sangat berdampak bagi saya pribadi dan tampaknya banyak yang juga memiliki pendapat yang sama.

Itu yang lama-lama, yang kini, beberapa penulis lama menyatakan, hits sedikit, ya wajar namanya roda berputar. Marketing K perlu darah baru dan segar untuk menampilkan citra K yang tetap terdepan. Lha kalau orang-orang lama terus yang di depan, ya bosan. Kesadaran ini membuat menulis itu nyaman dan bebas. Lha mau apa lagi, memaksakan diri harus dan pokoke? Ya tidak bisa.

Ada penulis yang kalau sepi dihapus tampilannya. Padahal belum tentu jaminan awal sepi pada lain waktu sepi. Pengalaman, akhir-akhir ini hari kedua naik drastis. Toh itu pilihan, hanya pembelajaran bersama banyak yang memilih demikian.

Penulis lain kalau tidak dilabel dihapus, ya biar saja, itu hal dia. Tidak perlu risau atau memaksakan pilihan kita pada rekan lain. Lagi-lagi beda jalan. Padahal tanpa label belum tentu karena kualitas tulisan jelek. Bisa saja ada pihak yang tidak suka.

Yang penting itu, tidak melakukan plagiasi. Hati-hati karena kecenderungan copas itu sangat besar di dunia medsos. Sekali ketahuan demikian, runtuh sudah apa yang dibangun, padahal hanya sekali atau separo saja misalnya.

Tidak melanggar aturan bersama. Ini menjamin kebebasan dan kebersamaan menjadi lebih baik. Dengan paham aturan akan nyaman menuangkan ide dan gagasan. Lagi-lagi soal kebebasan dan itu menjadi warna dalam tulisan.

Sering membaca komentar atau bahkan membuat artikel untuk mengatur orang untuk menulis ini dan itu, jangan seperti ini dan itu. Lha dalah tidak usah ribet dengan gaya orang lah. Semua memiliki cara masing-masing. Gak suka ya  tidak usah ribet dengan gaya orang. Tidak membaca, selesai. Hidup itu sederhana tidak usah ribut.

Yakinlah pada proses, dan biarkan hasilnya. Tekun dan setia akan membantu muaranya ke mana. Lepas bebas saja dan tuangkan gagasan, dan nikmati prosesnya. Belajar bersama baik yang baik atau buruk, semua memberikan masukan.

Terima kasih dan salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun