Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapkah Duet AHY-EBY Menggetarkan?

17 April 2020   19:23 Diperbarui: 17 April 2020   19:59 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ruhut yang menglaim diri sebagai anjing penjaga Demokrat memang efektif. Ia siap pasang badan untuk SBY dan Demokrat. Orang model ini diperlukan menghadapi politik Indonesia. Keluarnya Ruhut itu kerugian sangat besar. Ia berani berkelahi untuk membela SBY dan Demokrat. Sama sekali tidak ada yang demikian sekarang.

AHY dan reputasinya. Ia belum bisa keluar dari sosok militer ingusan. Belum cukup teruji sebagai militer, pun sebagai sipil  yang berkarakter. Sayang dengan bekal dan kemampuan sebenarnya masih bisa lebih baik dalam dunia militer. Nyatanya kegagalan di pilkada DKI belum bisa dibuktikan bahwa ia hanya tidak beruntung waktu itu. Memang tidak ada hal yang lebih meyakinkan sebagai seorang politikus kaliber nasional.

Bayang-bayang kegagalan itu awalnya lumayan bisa terkikis dengan keberanian bersafari politik. Sayang tidak dibarengi dengan menjawab isu-isu strategis dengan cerdas dan bernas. Malah SBY yang masih terlalu sering menjadi bayang-bayang besar bagi AHY. Susah pemilih melihat AHY sebagai pribadi yang brilian karena masih kuatnya SBY di sana.

Tandemnya, jika bermain bola, pengumpan EBY juga jauh dari kapasitas itu. Sama sekali tidak ada gagasan dan ide besar yang ia nyatakan. Lha ide saja tidak pernah terdengar, apalagi yang besar. Proteksi dan katrolan yang membawanya pada posisi itu, bukan prestasi.

Capaian Demokrat di masa lalu juga masih belum bisa dilepaskan dari sejarah hidup berbangsa. Bagaimana SBY sebagai presiden dan Demokrat sebagai pimpinan koalisi gagal dalam banyak hal. Lebih kuat ingatan soal korupsi. Ini sama sekali belum bisa terkikis. Malah cenderung akan sama saja. Jangan salahkan pemilih, jika Demokrat dan elit tidak bisa memberikan bukti mereka bisa dipercaya.

Pilihan mereka menjadi oposan asal berbeda juga menjadi sebuah lobang menganga. Mereka tidak bisa membuktikan keberadaan serangan itu sebagai kebenaran. Kadang malah membalik sendiri kepada mereka.  Contoh ketika mereka mengritik Jokowi dan pemerintah, Indonesia akan porak poranda. Upaya baik mencari panggung, tetapi keliru moment. Salah langkah yang demikian besar, sehingga malah merugikan.

Padahal AHY pernah melakukan langkah yang cerdas. Safari politik dengan kesantunan dan kesederhanaan  yang ada. Tidak perlu jelas-jelas atau terang-terangan demi kursi, namun belajar, silaturahmi, sowan untuk belajar bersama para senior. Lihat ademnya photo mereka bersama Puan Maharani. Benar, mereka tentu ada maksud masuk kabinet, toh momentnya adalah Lebaran.

Kedatangan yang natural, bukan semata konsolidasi politik itu juga penting. Keakraban untuk menjalin komunikasi personal, tidak harus beraroma politik, praktis lagi. Ini penting. Hal-hal demikian, AHY tampak bisa dan telah sukses.

Berbeda konteks dengan Demokrat dan SBY 2004. Lain sama sekali. Dan SBY selaku mentor  tampaknya hanya fokus pada saat itu. Sukses yang   sejatinya banyak hal, pihak, dan momentum kebetulan mendukung keberadaannya. AHY masih terlalu jauh  hanya untuk mempertunjukkan kapasitas diri. Belum lagi sebentuk luck, dewi fortuna, atau keberuntungan.

Posisi yang tidak dimiliki AHY ini, jangan malah membuat makin berat langkahnya. Faktualisasi ini adalah, banyaknya SBY menengok ke belakang. Apa yang dinyatakan sering malah menjadi olok-olokan.

AHY akan bisa membesarkan Demokrat jika mau lepas atau melepaskan diri dari bayang-bayang SBY. Mampu menjalin komunikasi dengan lebih baik pada semua parpol, terutama PDI-P. Jika ini sukses, Demokrat bisa kembali berjaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun