Benar bahwa sejumlah 1.1 juta adalah warga miskin yang memang sudah ada dalam catatan pemerintah karena rutin mendapatkan bantuan. Ini jelas tidak menjadi persoalan. Karena memang sudah sangat jelas siapa saja dan bagaimana kondisi mereka.
Dua setengah juta yang kemarin rentan miskin dan kini menjadi miskin terdampak ini jelas sebenarnya sudah ada dalam data. Â Karena toh sudah keluar angka 2.5 juta. Menjadi pertanyaan, lha 2.5 juta ini angka dari mana? Asumsi atau benar-benar valid?
Jika itu asumsi, lha dari mana mendapatkan angka itu, dan itu akan dikalikan juga dengan rupiah. Jika saja ada 5% saja kesalahan, berapa rupiah kali sekian bulan. Ini kog seolah main-main. Berbeda jika itu adalah level RT, hanya puluhan orang dan salah gampang narik.
Rentan miskin ini jelas sudah ada datanya. Apalagi sekelas Jakarta. Menjadi aneh ketika mengatakan masih perlu waktu. Sederhana kog, misalnya, ada warna merah, berarti sudah masuk 1.1 juta itu, kuning, lingkup yang beranjak dari miskin namun rentan. Siapa saja mereka itu sebenarnya ketahuan dengan mudah.
Ini zaman modern, bukan zaman manual. BPS pasti punya data itu lengkap. Verifikasi ulang tidak akan lama. Birokrasi berjenjang dan modern seperti ini untuk apa jika ruwet dan selalu lama?
Ada hal yang menarik jika melihat pola kerja seperti itu boleh dong curiga jika kinerjanya hanya berdasar asumsi semata. Lha bagaimana memaksakan LD, jika menjawab data yang 2.5 juta rentan miskin saja masih gagap.
Syukur bahwa KH Makruf Amin dengan sederhana namun mempertontonkan keadaan yang sesungguhnya. Pertanyaan sederhana sebenarnya, jika memang bekerja dengan baik dan serius.
Hal yang sama terjadi juga dengan Walikota Tegal yang memutuskan empat bulan lock down, dan hanya bertahan empat hari. Kajian yang asal-asalan, membuat keadaan tidak lebih mudah. Hal yang sederhana menjadi rumit.
Bermain politik itu sah-sah saja, namun juga tidak sembarang keadaan menjadi panggung politik. Masih banyak kesempatan kog. Prestasi itu akan dikenang dan dicatat tidak usah memaksakan prestasi. Jalani dengan apa adanya, penghargaan itu akan hadir sendiri.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H