Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Mengail di Air Keruh Covid-19

19 Maret 2020   11:56 Diperbarui: 19 Maret 2020   12:01 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KPAI mengatakan jika menerima banyak laporan karena anak murid stres karena tugasnya menumpuk. Ada beberapa hal yang patut dicermati sebagaimana pernyataan salah satu komisioner;

Pertama, banyaknya tugas sehingga anak stres, benarkah demikian? Faktanya, tetangga saya, memang desa, anak-anak main sepede, yang remaja malam malah gitaran dan banyak becanda dengan sesama remaja sambil ngopi. Pun di pasar desa banyak anak dengan ibunya pada jajan pasar. Ada juga yang jajan bersama kawannya. Wajahnya baik-baik saja. Simpulannya sama lebaynya dengan pendapat saya.

Kedua, dengan persiapan yang baik, teknis belajar, tentu tidak akan hanya pemberian tugas, halllo Bu, ini kan darurat, mana ada persiapan. Teknispun pasti masih meraba-raba. Lha nyatanya si ibu ini juga belum pernah mengalami sekolah daring, saya juga gak pernah mengalami.

Ketiga, pernyataannya bahwa bahwa metode belajarnya bisa mengikutsertakan interaksi guru dan murid. Lah teman saya kemarin baru cerita kalau anaknya dalam belajar itu ada diskusi dengan rekan sekelasnya. Dia katakan belajar biologi dan mereka saling menerangkan ada yang bertanya dan ada interaksi dengan temannya.

Beberapa hal tersebut di atas hanya menujukkan separo sisi, bahkan hanya sebagian sisi menilainya, sama dengan amatan saya, juga hanya sesisi. Lha kalau saya kan bukan profesional, tidak ada tuntutan untuk meneropong dengan keseluruhan, beda dengan KPAI. Amatan harus mewakili, bukan hanya kata beberapa orang tua. Benarkah orang tua yang mengatakan anaknya stres atau malah dianya yang stres. Besok akan saya bahas, berdasar candaan teman di media sosial.

KPAI, dan beberapa oknum yang ada itu, selama ini memang memiliki kecenderungan lebih oposan dari oposan itu sendiri. Dan memiliki satu garis kesamaan ideologi. Lha ke mana KPAI ketika ada anak siswa menghajar gurunya? Diam seribu bahasa. Kini mendengarkan kata orang tua, dan menuding guru sudah pasti salah, juga ke arah pemerintah sebagai ujung tembaknya.

Corona ini memang harus dihentikan, dan percayakan kepada keputusan pemerintah, jika memang ada yang salah dibenahi, bukan untuk dicaci maki. Atau malah menuding ini dan itu. Mengatakan kemanusiaan, padahal rekam jejaknya jauh dari itu semua.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun