Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Mengail di Air Keruh Covid-19

19 Maret 2020   11:56 Diperbarui: 19 Maret 2020   12:01 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jangan jauhkan hidup dari Tuhan

Corona saja ditakuti, takutlah pada Tuhan

Fideistis, bercampur dengan alam pikir sosial dan pandemi. Bagaimana Tuhan juga memerintahkan manusia untuk berusaha kog. Jangan mencobai Tuhan dengan maaf, kebodohan manusia. Jadi begini, coba bedakan dengan contoh ini

Dalam sebuah penganiayaan, ada orang dibuang ke kandang macan. Dan malah macan itu  diam, duduk, dan melihat saja, padahal sudah tidak diberi makan berhari-hari, agar buas. Macan diganti dengan yang lebih garang, sama saja.

Atau ini?

Mana ada macan yang berani padaku orang beriman, bersama Tuhan akan aku hadapi. Dan masuklah pada kandang macan, diterkam. Apakah ini kurang iman? Atau malah mencobai iman? 

Perbedaan ini yang perlu mendapatkan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh. Tidak ada perlawanan antara agama dan pengendalian pandemi ini kog. Keduanya selaras, asal menggunakan pemikiran jernih dan bukan berbumbu agama politik. Ada politik yang mencemari pemikiran.

Jusuf Kalla, ini juga cukup lama tenang-tenang saja. Namun demikian aktif lagi, ketika ada panggung yang bernam corona. Menyarankan lock down, ada apa? Padahal jelas level dia akan paham sih kemampuan bangsa ini, juga soal model ketaatan rakyat untuk bisa setia akan perintah. Ingat, lha bom Tamrin saja malah bakul sate dan kacang kog. Mengapa? Mereka takut lapar dari sekadar bom.

Apalagi corona yang dalam banyak pemahaman orang ini adalah jauh dari kita. Di luar lingkup atau lingkungan saya dalam benak banyak orang.  Jadi mengapa harus takut, khawatir, dan cemas. Ngapain isolasi diri. Pasti JK paham, pada sisi lain bagaimana juga mudah paniknya dan kemudian borong ini dan itu. Panik dan abai kolaboran yang asyik bagi sebagian kelompok.

Padahal jelas pemerintah juga tahu dan paham dengan apa yang JK pahami. Dengan pertimbangan dan pemikiran yang berbeda juga. Motivasi pun lain, dan keputusan adalah social destancing, pembatasan interaksi sosial. Opini dan narasi yang ada, pemerintah berorientasi pada masalah bisnis, investasi, atau wisatawan. Kemanusiaan atas rakyatnya dipinggirkan.

Ah yang benar? Beneran yang mengatakan lock down juga lebih tulus dari apa yang sudah pemerintah lakukan? Rekam jejak bisa menjadi pembeda dan fakta mana yang boleh lebih diyakini. Siapa yang lebih tulus dan bekerja demi rakyat dan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun