Tuh lihat pemberitaan pagi ini, dan sore nanti lebih parah ketika jadwal, jumlah armada, dan kapasitas alat transportasi umum dibatasi. Ini sih bukan mau membuat aman, malah menambah potensi masalah baru. Miris, sudah teriak duluan, baru ada kejadian gak diantispasi. Pemimpin itu mikir dulu baru buat keputusan, bukan sebaliknya, kecuali memang sengaja target 6000 aktif corona terjadi.
Ada pula isu soal penjatuhan kekuasaan, dan memang sudah ada faktanya kan yang mengatakan jika  Jokowi perlu turun atau cuti. Coba apa yang ditakuti Jokowi, mosok kursi sih? Jika iya, ia gampang kog, banjiri saja dengan subsidi, kemarin pilpres tidak akan susah payah untuk menang. Sederhana bukan, tidak ada yang dicemaskan oleh Jokowi.
Tidak model pribadi yang haus kursi dan kekuasaan. Sepanjang hingga hari ini, belum terlihat haus kuasa itu. Toh wacana tiga periode ia enggan dan merasa akan mengingkari konstitusi dan demokrasi. Ingat hari ini lho ya.
Pemaksaan kondisi untuk chaos, jelas arah yang dimaui. Pun soal pembatasan operasional angkutan umum massal menjadi masalah. Ujung-ujungnya memang rusuh. Pemikiran sempit, parsial, dan utama adalah cemar asal tenar. Poko menjadi bahan pembicaraan meskipun tidak mutu. Yang menanggung susahnya adalah Jokowi.
Masalah sekolah libur, dan ini sedang musim DBD. Apakah ada korelasi? Secara tidak langsung iya, anak-anak sangat mungkin tertidur di rumah, pagi hari. Nyamuk pembawa DBD sangat aktif pada pukul 9-11 pagi. Jadi sangat mungkin mereka tergigit dan terjangkit DBD, berbeda ketika di sekolah anak menjadi aktif, bukan semata pasif.
Berkaitan dengan sekolah belajar di rumah, sangat sulit, karena pernah ketika masih jadi guru, anak-anak murid itu pulang ke rumah, sudah sangat sore, ternyata menunggu orang tuanya pulang dari bekerja. Dari pada di rumah tidak aman, jelas lebih terjaga di sekolah. Dan itu kadang menyusahkan guru dan petugas keamanan. Itu masih tanggung jawab penuh sekolah, padahal kan di luar jam kerja sebenarnya. Ini fakta.
Orang tua tidak bisa sepenuhnya di rumah, lihat tuh kantor dan pabrik masih aktif kog. Fakta ada bukan, itu sangat susah diterapkan dan menjadi jalan keluar terbaik. Tergesa yang tidak matang, ribet memang.
Ada yang mengaitkan dengan kepercayaan, dan menuding pemerintah bohong soal penidap corona. Lha kan jelas bagaimana perilaku kagetan anak bangsa ini. Dikit-dikit kaget, berbeda ketika kebohongan dan tidak transparant itu soal anggaran. Toh yang ugal-ugalan anggaran tidak dituding rekayasa. Lha sampeyan waras?
Jokowi bukan manusia sempurna, tetapi ia sudah menang pemilu. Sudah, apapun yang terjadi ya nantikan 24, tidak [erlu memaksakan apapun untuk menggantikannya. Apalagi melakukan upaya inkonstitusi. Tidak zaman lagi demokrasi dengan pemaksaan kehendak.
Jangan abaikan kepentingan politik beberapa kelompok. Jokowi itu kursinya panas, bukan hanya dalam, namun juga luar. Lihat mengapa JK seolah maksa untuk lockdown, lihat saja rekam jejaknya dia seperti apa, dan warnanya bisa ditebak sendiri. Sangat jelas muatannya untuk apa, dan itu bukan untuk bangsa dan negara.
Social distancing, upaya dengan sadar untuk mengurangi potensi kontak erat dengan orang lain, guna memerlambat penyebaran virus antara orang satu dengan lainnya. Â kemungkin lock down masih mungkin, dengan pertimbangan khusus.