Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY Secara Aklamasi Menjadi Ketum Demokrat

15 Maret 2020   16:10 Diperbarui: 15 Maret 2020   16:05 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernikahan dengan anak politikus ulung juga tidak menambah apa-apa bagi karir politiknya. Sama saja, dan akhirnya makin tenggelam, ketika AHY turun dari barak. Ini senjakala kedua anak SBY mulai.

Masuknya Anas ke bui, dan entah sengaja atau beneran korupsi, toh membuat Demokrat oleng, SBY turun gunung dan tetap saja. Apalagi menghadapi Jokowi effek. Demokrat terlibas banteng, dan terpuruk.

Kadernya merengek untuk sekadar wapres saja tidak ada yang mau mengusung. Suara yang tidak signifikan, plus  potensi kader yang memang bawah standart. Selesai lah sudah. Mereka masih berupaya di tahun mendatang, 2019.

Tragedi 2017, di mana membawa keluar AHY dari barak dengan bekal yang sangat minim untuk bertarung di Jakarta. Semua lewat, dan hanya satu putaran pun minim. Sikapnya menerima kekalahan seolah gambaran kedewasaan. Ternyata tidak sama sekali terbukti. Kembali hanya menjadi anak bawang. Pendirian The Yudhoyono Institute tidak memberikan dampak.

Kembali pemilu dan pilpres. Keadaan serba tidak jelas, namun bahwa keberadaan AHY yang serba tanggung lagi-lagi membawanya keluar dari panggung elit pilpres. Pilihan bebas Demokrat bukannya membawa dampak baik, namun makin buruk. Tidak masuk dalam bagian apa-apa membuat mereka tersingkir dari percaturan politik level atas.

Isu kardus yang menyerang kapal sendiri jelas merupakan tragedi lebih parah. Mereka dicibir kawan ataupun lawan. Mana ada lawan yang mau mendukung. Semua dibiarkan mengalir ke muara yang makin tidak jelas bagi Demokrat dan AHY.

Kepergian Ibu Ani lagi-lagi menjadi persoalan. Galau pribadi ini juga membuat Demokrat seperti kapal dibiarkan berjalan terbawa angin, terombang-ambing tidak jelas ke mana harus menuju. Makin suram.

Pemilihan kabinet masih menjadi harapan terakhir AHY untuk bisa ikut dalam gerbong Jokowi-Amin. Pilihan malah ke Prabowo bukan ke AHY. Cukup menarik dan bagaimana penilaian Jokowi pada sosok AHY dan SBY.

Bekal main dua kaki mungkin sangat mengutungkan dalam kondisi tertentu. Ketika keadaan harus memilih masih saja mencari aman, ya repot. Dan nampaknya masih akan sama saja ke depan. Melihat reputasi dan pengalaman AHY tidak ada harapan baru ke depan akan lebih baik.

Peran SBY masih akan tetap dominan, AHY hanya menjadi figur, bukan pengambil keputusan. Melihat rekam jejak selama ini. Pun kemampuan AHY masih terlalu lemah untuk skala nasional.

Kader yang ada, tidak banyak bisa diharapkan dan dipilih. Model kader pokok aman dan ABS, yes man yang menjadi bumerang dalam keadaan partai modern namun malah lebih parah dari pada Golkar. Hal ini diperparah dengan AHY yang aklamasi terpilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun