Mau dijual sama harga atau tidak. Potensi ada pelanggaran cukup kuat. Membeli di luar harga yang wajar saja sudah bisa ada dugaan tidak benar. Selisih harga sepuluh ribu saja sudah aneh, ini bahkan sampai ratusan ribu. Â Dan mereka berperilaku seperti ini bukan hanya sekali dua kali. Berkali ulang.
Bagaimana patung bambu itu. bosan mengupasnya. Toh sudah tersedia di jejak digital apa yan terjadi dengan pembandingnya.
Diulangi dengan ornamen batu. Bongkar pasang trotoar, bongkar atap JPO, hal-hal remeh dengan anggaran luar biasa besar. Â Termasuk memberikan jaring untuk kali. Entah mau seperti apa lagi ketika bicara anggaran selalu SOP-nya sama terus menerus.
Paling fenomenal ya anggaran balap mobil listrik. Dan seolah biasa saja. Tidak ada tekanan yang berarti dari anggota dewan yang tidak merasa itu uang rakyat, bukan uang sendiri yang seenaknya digunakan untuk apa saja. Di tengah penanganan banjir yang tidak karu-karuan.
Jangan lupa juga soal anggaran yang ugal-ugalan, lem tertentu dengan angka luar biasa. Helm, pasir, ballpoint, dan penghapus yang tidak masuk akal. Ke mana itu semua? Malah terabaikan oleh kasus demi kasus baru.
Ke mana pula kayu-kayu ratusan batang dari Monas? Usai berkelit tidak karu-karuan ada pengakuan untuk dijadikan meubelair. Keberadaan mebel itu kini di mana? Kantor-kantor pemda atau malah ada di toko-toko? Jika tidak ada di kantor-kantor, berarti masuk ke mana uang penjualan kayu itu?
Identik kog model kinerja mereka ini. Ada kebijakan ugal-ugalan, Â pembelaan yang tidak karu-karuan, Â dan terdesak kemudian mendadak lempeng, dan menguap. Dewan merasa kaget. Luar biasa pola main yang sangat luar biasa.
Hal yang baik jadi bobrok, merasa diri paling bener, dan pengawasnya ternyata era android masih menggunakan metode underdos. Lainnya melaju kencang ke Mars, eh yang di sini masih rebutan reeh dari sekelas masker.
Dan seolah itu biasa saja. Persoalan mendasar mengenai etika, namun seolah saja normal. Hanya mengatakan kaget, lha buat apa gaji tinggi jika hanya bicara kaget. Adak masih cadel pun bisa bilang kaget.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H