Dari  beberapa istilah dan lompatan logika yang ada. Jelas ini hanya mengaku-aku dan kemudian mengaitkan istilah-istilah Gerejani yang dia sendiri sangat tidak paham. Kasihan sebenarnya, jika istilah dasar saja kacau begitu mengaku lulusan magister luar negeri pula. Bruder dan imam itu beda jauh.
Pun diakon dan prodiakon. Eh ternyata yang berkisah dengan bangga malah tidak tahu bahwa itu secara esensial berbeda jauh. Dan mirisnya menjadi sebuah kebanggaan dan seolah heroisme bagi pihak-pihak tertentu.
Setuju dengan pernyataan DS bahwa selayaknya mereka ini belajar bukan mengajar. Jika mau memperlihatkan bahwa ia dulu agama A atau B, pelajari atau ingat-ingat lagi, semisal kronologi saja belepotan apalagi sekelas teologi. Ini hanya istilah-istilah yang receh, bukan dogmatis, apalagi teologis. Sebenarnya tidak ada artinya bagi iman, namun perlu dijelaskan, di tengah alur literasi anak bangsa ini yang sangat lemah.
Sekali lagi, ini bukan soal agama baru, atau pindah agama, ini soal orang hidup bersama yang menyangkut agama. Bagaimana bisa berbicara agama namun diisi dengan kekeliruan yang bisa menimbulkan kesalahan dalam memahami keberadaan agama lain.
Terima kasih dan salam
Artikel lain yang berkaitan dapat di baca di sini dan sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H