Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PAN dan Ricuh, Frustrasikah?

12 Februari 2020   10:33 Diperbarui: 12 Februari 2020   13:16 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kini memang mereka di luar pemerintahan. Namun suara yang tidak cukup signifikan, dengan posisi Zul yang tidak juga jelas mau membawa ke mana PAN membuat kader makin keder untuk berjuang dengan militan.

Belitan KKN dan masuk bui satu demi satu keluarga terdekat ketua umum, juga membuat gerah kader dan simpatisan PAN. Adik-adik, kader-kader yang menjabat di daerah, satu demi satu masui bui dan tangkapan KPK. Coba bagaimana pertanggungjawaban PAN sebagai amanat dan anak kandung reformasi, ketika mereka juga pelaku KKN utama malahan.

Zul sendiri juga kencang terdengar dalam panggilan KPK. Artinya susah melihat PAN bersih dari belitan KKN. Terakhir ia tidak datang pemanggilan KPK, lagi-lagi adalah pertunjukan tidak tertib hukum yang diberikan oleh elit partai politiknya.

Kegagalan demi kegagalan dalam berpolitik, dan juga kaderisasi yang bagus dalam masuk bui tentu membuat gerah banyak kader dan simpatisan PAN. Dan ketika harapan perubahan tidak ada, emosional tidak terkendali jelas akan menjadi sarana pelampiasan yang paling mudah. Jadi sangat wajar kemarahan itu terluapkan dengan begitu bar-barnya.

Jika gagal dalam satu atau dua kontestasi sih wajar. Lha kalau terus menerus kalah apalagi tidak memiliki panggung ya mau apalagi. Jauh lebih banyak kontroversi dari  pada prestasi yang mereka torehkan.

Jangan kaget kalau PAN hanya akan terus menurun dan hilang dari peredaran. Kader moncer tidak ada. Panggung tidak punya. Posisi tawar yang diberikan Zul juga selalu mentah baik kepada kubu kuat ataupun lemah. Lihat bagaimana mereka hanya menjadi penggembira dalam gerbongnya Prabowo kemarin.

Jelas terbaca mereka semakin suram karena mereka selalu salah pilih kebersamaan politik. Bagaimana tidak kacau dalam memilih karena peran dua matahari yang sama-sama kuat. Membakar ke dalam bukan malah mendapatkan panggung yang cukup.

Amien Rais harus legawa melepaskan PAN, masih lumayan seperti sekarang, dari pada lepas kendali dan hilang dari sejarah. Amien sebagai deklarator toh akan dicatat tinta emas sejarah PAN sepanjang masih eksis. Coba kalau tinggal sejarah, malah terlupakan. Berat memang melepaskan apa yang dimiliki itu. toh itu sebuah keharusan. Mekanisme alami.

Jika terjadi, matahari tinggal satu dan itu normal. Bisa bebenah dan menapak dengan pasti mau seperti apa PAN ke depan. Test kualitas ketika pilkada serentak sebentar lagi. Bagaimana mereka apakah hanya bangga sebagai penggembira atau ikut dalam pesta dan mendapatkan banyak poin untuk menuju 2024. eLeSHa.

 

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun