Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDI-P, Demokrat, dan Tudingan Pusaran Korupsi

15 Januari 2020   19:23 Diperbarui: 15 Januari 2020   19:24 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rakyat sekian tahun hanya menjadi penonton, disuguhi permainan maling berdasi tamak yang tidak mengenal kata cukup. Kekayaan hasil nyolong dipakai untuk suap, dan lingkaran setan tercipta. Ironisnya tetap kaya dan makin kaya.

Pisahkan hukum, manusia, agama, dan politik. Selama ini kekacauan itu diciptakan sehingga orang bisa berkelit karena campur aduk. Maling adalah orangnya, tidak bersangkut paut dengan agama dan afiliasi politiknya. Toh selama ini dicampuradukan oleh kondisi yang diciptakana elit untuk tetap kaya raya dengan cara maling.

Waktunya bebersih dan bebenah. Ketinggalan sekian langkah karena sibuk mengurus maling-maling tamak dan berdasi dengan muka alim dan kemasan agamis. Ketika dilakukan penegakan hukum menciptakan peluang untuk mengaet pihak lain lebih buruk. Lanjutkan saja siapkan langkah untuk juga menjerat semakin banyak pihak, jangan malah diabaikan dan dilupakan.

Praduga bersalah jauh lebih mendesak dan penting diterapkan dalam kondisi dan kasus korupsi. Mengapa? Biar semua belajar bertangung jawab. Lihat saja selama ini hanya banyak omong tanpa bukti, tudingan yang sangat kuat pun menguar begitu saja.

Bebersih sehingga orang malah tidak terus menerus saling curiga. Nyatanya sudah disebutkan dalam persidangan megaskandal korupsi toh tidak ada tindakan lanjutan. Dengan aksi pembersihan, siapapun dan apapun pelakunya, justru memberikan energi positif bangsa ini. Tidak hanya kecurigaan dan tudingan. Namun benar-benar bersih. Asal bukan semata normatif dan prosedural.

Bangsa maju yang beradab, bukan bangsa yang biadab dengan pilar saling curiga dan saling sikut untuk mencapai kekuasaan. Saatnya untuk bermartabat menang dengan terhormat bukan karena khianat. Bangsa yang Berpancasila dan mengakui religius namun perilaku munafik di mana-mana. Miris.eLeSHa.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun