Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menakar Risma untuk Jakarta

13 Januari 2020   10:24 Diperbarui: 13 Januari 2020   10:33 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Risma kali ini bersikap sangat berbeda dengan 2017 lalu, ketika ada pertanyaan soal pilkada DKI. Jelas konteksnya memang berbeda. Kala itu masih posisi walikota dan juga tengah menjalankan misi dan visi yang belum selesai. Kini kemungkinan untuk di Surabaya sudah tidak ada lagi. Tidak ada beban dan usai dengan tuntas dan baik. Pilihan realistis juga.

Kekuatan Risma untuk Jakarta

Kondisi sangat tepat kala banjir besar menerjang Jakarta. Keberadaan Risma yang cukup sukses dan menangani tata kota Surabaya dengan lebih baik jelas sebuah pembuktian kemampuan. Masalah relatif sama dengan besaran kawasan yang juga tidak jauh beda. Kompleksitas masalah dan kerjasama yang membedakan memang.

Koordinasi dan kerjasama. Jakarta itu tidak bisa sendirian dalam menangani banjir dan tata kota. Karena ada kepentingan pusat, sungai dan air yang menampung aliran dari Jawa Barat, dan kota-kota tetangga yang perlu diajak bicara.

Masalah Ahok yang sering berkelahi dengan dewan akan jauh berkurang jika Risma. Meskipun era Anies diam seribu bahasa termasuk melihat kekacauan sekalipun. Namun kerja sama dengan pusat dan daerah sekitar cenderung buruk. Kalau tidak terlalu kasar dibilang sangat buruk. Seolah malah mau bersaing bukan bersinergi untuk mengatasi.

Risma pun cukup tegas jika prinsip, ingat wakyu penutupan Dolly dan Gubernur Jatim waktu itu enggan, tetap dijalani dengan baik dan selesai dengan baik pula. Tidak pernah ada perselisihan berlarut-larut via media apalagi media sosial.

Bisa membangun komunikasi dengan relatif baik. Tegas juga berkali ulang ditampilkan saat menggerahkan jajarannya untuk bekerja lebih baik. Ini menjadi penting dan pembeda di mana sering birokrasi itu malah menghambat.

Pekerja keras. Model yang penting bagi Jakarta karena selama ini orang di balik meja itu sangat merugikan Jakarta. Bukan saatnya banyak konsep untuk menata Jakarta. Aksi dan kerja keras dan itu sudah dibuktikan dengan sempurna di Surabaya. Pesat dan baik, bukan hanya indah dalam ide dan gagasan.

Jangan salah juga, hanya bisa bekerja, tanpa berpikir. Lihat saja pengembangan kota modern bisa terjadi. Pengolahan sampah modern sudah bisa diwujudkan oleh Risma dengan anggaran Surabaya, bukan anggaran Jakarta. Di dalam anggaran yang terbatas saja bisa, apaagi anggaran yang longgar.

Sampah dan banjir ada unsur ketersalingan. Ini menjadi penting, kala sampah menjadi salah satu unsur penting penyebab banjir. Penyebab utama memang perilaku manusia. Namun ketika  bisa menarik orang untuk berperilaku bijak dan pengolahan sampah yang produktif, bukankah dua masalah mendasar terurai?

Ibukota selalu dipimpin bapak-bapak, jiwa maskulinitas, saatnya perempuan, ibu, dan perawat. Usai ekspolitasi dan pengendalian gila-gilaan, dan pembiaran ngaco, saatnya merawat. Pelaku yang memang pekerja keras bisa diandalkan. Posisi Risma ini kombinasi Ahok dan Jokowi sekaligus, sangat mungkin menjadi solusi bagi Jakarta.

Tata kota yang indah dengan taman dan tanaman sangat cocok bagi Jakarta yang pengab. Ciri kepengaban dipertontonkan penghuninya yang mudah marah, gerah, dan tidak sabaran. Tanaman indah dan taman yang memberikan kesejukan juga memberikan kesegaran pandangan dan paru-paru. Plus menjadi penyerap air dan CO2 yang mumpuni. Lagi bajir bisa diredam dan kawasan menjadi segar, otak pun lebih sehat.

Persoalan politik juga tidak sepelik 2017 dan kini dengan kondisi yang relatif adem, godaan politisasi agama dan perempuan jauh lebih terkendali dan bukan menjadi masalah yang lebih besar. Kondisi yang ada memang masih akan sangat rentan soal perempuan menjadi pemimpin.

Hal-hal berikit juga jangan dilupakan, ini soal politik yang berbicara;

Pemimpin perempuan. Yang memainkan bisa diperkirakan hanya PKS yang selama ini memang begitu modelnya. Toh gampang disingkirkan karena toh mereka juga mengajukan perempuan untuk wakli ketua dewan menggantikan Fahri meskipun gagal kemarin. Artinya tidak bisa menggerus suara terlalu signifikan.

PAN cenderung juga tidak akan ikut-ikut narasi model ini lagi. Kondisi kegagalan pemilu 2019 mosok akan diulang. Jualan agama bukan lagi saatnya.

Lawan potensial Risma masihlah Anies. Posisinya rentan dan sangat lemah. suara yang selama ini didengungkan pun bukan pendukung real, nyata, dan KTP Jakarta. Selain tidak nyata, para penyeru kekuatan Anies lebih cenderung mesin, memainkan narasi di media sosial, isinya pun itu-itu saja. Sangat kecil ada kekuatan real yang akan mendukung Anies.

PKS selama ini masih bermanis-manis karena masih ngarep wagub yang lumayan masih bisa mengisi separo periode. Di luar itu susah melihat mereka masih mau mengusung lagi Anies.

Gerindra sudah tidak lagi banyak ulah dan hanya faksi yang tidak ikut gerbong pemerintah memang masih bergerak liar. Toh kendali ada pada Prabowo, dan itu sangat mungkin bersama dengan PDI-P. Kekuataan sudah bisa terpetakan dengan baik.

Kesehatan memang banyak dijadikan bahan pembicaraan. Risma jelas terbatas. Toh bisa disiasati dengan tidak aksi lapangan, koordinasi dan menjalin komunikasi, dan pasangannya, wakilnya yang memiliki tingkat mobilitas tinggi, bisa menjadi teman dan partner sepadan demi jakarta lebih baik.

Waktunya merawat Ibukota yang sangat renta, perawatan dan pengasuhan pada sosok yang tepat, bukan hanya ide dan gagasan kosong. Kerja dan wacana selaras eLeSHa.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun