Maskulinitas baru. Perilaku eksploratif, menguasai, mengendalikan, dan menyelesaikan, perlu sentuhan baru. Bumi, alam, dan termasuk sungai adalah sesama kita, manusia itu sebagian dari alam semesta ini, namun mengapa malah seolah menjadi penguasa jahanam. Padahal tidak demikian perutusan manusia itu.
Mengupayakan untuk perihidup, mengusahakan dan mengolah bumi untuk kesejahteraan, bukan malah mengesplorasi berlebihan demi gaya hidup. Ini yang tidak pas dan selayaknya terjadi. Alam sebagai bagian utuh harus selaras dengan hidup manusia. Manusia menyelaraskan dengan alam bukan sebaliknya.
Nah selama ini manusia itu semena-mena, padahal apa yang manusia berikan kepada alam? Mengambil iya, udara, air, tanah, dan demikian banyak limpahan dari alam, dan tidak ada timbal baliknya sama sekali.
Gagasan baik untuk kembali berdialog dengan alam, itu dunia spiritual. Dan Anies terjebak pada istilah yang sepertinya dia tidak paham. Jangan salahkan ketika orang menjadi curiga bahwa ia memainkan narasi agama, sejatinya tidak. Hanya memang ia tidak sampai menjelaskan lebih jauh, pun tidak melakukan apa-apa untuk memberikan gambaran utuh keselarasan alam.
Jakarta perlu cepat, karena berkejaran dengan alam yang semakin lama semakin tidak sabar juga menghadapi ulah ugal-ugalan manusia. Keselarasan yang sekian lama hilang itu, oleh bumi direspons dengan kembali pada hakikat alam, bumi telah memiliki hukum sendiri, bukan malah harus tunduk pada manusia dengan segala arogansinya.
Kolaborasi bukan semata  dengan pemerintah pusat, namun juga dengan para pegiat dan pecinta alam yang memiliki kepedulian merawat. Jangan lagi hanya bertikai siapa menang, namun ada kerendahan hati untuk merawat bumi, bukan menguasai lagi. Perawatan, kembalikan pada kodratnya, dan hindari lagi mengekang dan mengatur alam sekehendaknya manusia saja.
Sudah tidak saatnya lagi menyalahkan ini dan itu, saling serang dan sindir yang tidak menyelesaikan masalah. Selaras dengan alam menjadi penting. eLeSHa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H