Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Maskulinitas Baru dan Lima Kesalahan Anies Baswedan atas Naturalisasi Sungai

10 Januari 2020   22:01 Diperbarui: 10 Januari 2020   22:16 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Maskulinitas baru. Perilaku eksploratif, menguasai, mengendalikan, dan menyelesaikan, perlu sentuhan baru. Bumi, alam, dan termasuk sungai adalah sesama kita, manusia itu sebagian dari alam semesta ini, namun mengapa malah seolah menjadi penguasa jahanam. Padahal tidak demikian perutusan manusia itu.

Mengupayakan untuk perihidup, mengusahakan dan mengolah bumi untuk kesejahteraan, bukan malah mengesplorasi berlebihan demi gaya hidup. Ini yang tidak pas dan selayaknya terjadi. Alam sebagai bagian utuh harus selaras dengan hidup manusia. Manusia menyelaraskan dengan alam bukan sebaliknya.

Nah selama ini manusia itu semena-mena, padahal apa yang manusia berikan kepada alam? Mengambil iya, udara, air, tanah, dan demikian banyak limpahan dari alam, dan tidak ada timbal baliknya sama sekali.

Gagasan baik untuk kembali berdialog dengan alam, itu dunia spiritual. Dan Anies terjebak pada istilah yang sepertinya dia tidak paham. Jangan salahkan ketika orang menjadi curiga bahwa ia memainkan narasi agama, sejatinya tidak. Hanya memang ia tidak sampai menjelaskan lebih jauh, pun tidak melakukan apa-apa untuk memberikan gambaran utuh keselarasan alam.

Jakarta perlu cepat, karena berkejaran dengan alam yang semakin lama semakin tidak sabar juga menghadapi ulah ugal-ugalan manusia. Keselarasan yang sekian lama hilang itu, oleh bumi direspons dengan kembali pada hakikat alam, bumi telah memiliki hukum sendiri, bukan malah harus tunduk pada manusia dengan segala arogansinya.

Kolaborasi bukan semata  dengan pemerintah pusat, namun juga dengan para pegiat dan pecinta alam yang memiliki kepedulian merawat. Jangan lagi hanya bertikai siapa menang, namun ada kerendahan hati untuk merawat bumi, bukan menguasai lagi. Perawatan, kembalikan pada kodratnya, dan hindari lagi mengekang dan mengatur alam sekehendaknya manusia saja.

Sudah tidak saatnya lagi menyalahkan ini dan itu, saling serang dan sindir yang tidak menyelesaikan masalah. Selaras dengan alam menjadi penting. eLeSHa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun