Mengubah paradigma terutama orang tua di mana memandang UN segalanya, dan memberikan les ini dan itu. Padahal anak perlu  juga waktu bermain dan berinteraksi, dan alasan bayar mahal, anak lebih banyak main dan bercanda malah di sekolah, ini kan kebalik-balik, yang formal jadi mainan dan nonformal jadi utama.
Kedisplinan di lembaga bimbingan belajar cenderung pokok membayar dan selesai. Dan kedisplinan, sikap tanggung jawab sangat lepas. Karena memang bukan prioritas mereka. Dan di sekolah bisa menjadi bumerang karena anak sudah enggan tertib, di bimbel  yang lebih mahal saja santai.
Mengerikan bagi guru-guru muda, terutama yang banyak di les-lesan seperti matematika, fisika, kimia, ketika di lembaga bimbingan mentor lebih mumpuni, di sekolah mendapatkan guru muda belum berpengalaman bisa mati kutu. Karena murid sudah belajar lebih dulu dari mentor berpengalaman. Ini pernah saya tahu sendiri, di mana rekan guru kelabakan, di mana ia masih perlu banyak belajar.
Menutup juga peluang bisnis buku dan LKS, dan di sanalah biasanya paham Antipancasila, intoleran, dan fundamentalisme sangat mungkin masuk. Apalagi seleksi buku sangat lemah. tawaran menggiurkan fee dari penerbit bisa sangat menggoda.
Kesempatan eksplorasi peserta didik dan juga guru akan makin besar. Bagaimana guru selama ini habis dengan administrasi ini dan itu, pengembangan sudah sangat susah. Kehabisan energi dan waktu. Mereka membagikan ilmu tanpa pernah mendapatkan jamu baru untuk pengembangan. Jarang guru memiliki  kesempatan untuk membaca dan juga menulis. Ada sih ada, namun sangat minim.
Bagaimana murid bisa suka membaca kalau gurunya saja pening melihat buku. Ini nyata, faktual, dan cek saja kalau tidak percaya. Berapa banyak buku yang dimiliki, apalagi dibeli guru, selain pemberian sales buku. Â
Potensi sekolah favorit dan pinggiran juga bisa terreduksi, ini banyak dampak yang mengikuti. Jangan kira sekolah negeri gratis itu di lapangan juga berlaku. Dengan tiadanya UN, sekolah favorit dan biasa jadi cair dan semua sekolah menjadi sama. Kesempatan bagi semua anak bangsa mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Patut dicoba dan dievaluasi. Selama ini tidak pernah ada evaluasi kebijakan pendidikan, pokok ganti saja. Harapan baik mulai terlihat. eLeSHa.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H