Gibran Ternyata Bukan Anak Politik Jokowi
Eits jangan senisi dan baca bener ya, maunya judulnya bukan anak kandung Jokowi, nanti diedit bisa celaka. Mengapa bukan anak politik Jokowi? Akhir-akhir ini hampir semua parpol sedang menggoreng nama Gibran untuk masuk pada bursa bacawali  kota Solo. PDI-P Kota Solo saja yang tidak mendukung karena terlambat.
Sangat menarik adalah oposan utama Jokowi berkali-kali, seperti Gerindra, dan malah kini PKS pun ikut menyokong Gibran. Kemarin, masih cukup mempertanyakan, aih mengapa juga Gibran seperti anak petinggi lain. Kini sangat setuju Gibran masuk gelanggang. Pun soal DPC PDI-P Solo bisa diatasi dengan sangat sederhana kog.
PKS baru kemarin, Sohibul Iman ikut  mendukung jika pengurus Kota Solo menghendaki Gibran menjadi salah satu bakal calon wali kota. Mengapa menjadi menarik?
Pertama, Gibran itu anak Jokowi, anak kandung, anak mbarep, yang sangat biasa menjadi "putera mahkota" dalam konteks kerajaan-kerajaan Jawa dan timur umumnya. Nah jelas Gibran adalah Jokowi banget. Bolehlah ketika Golkar atau PDI-P mendukung Gibran, lha ini adalah oposan "abadi" Jokowi. Paling aneh dan lucu adalah isu PKI, Jokowi kader PKI, yang dijawab Jokowi mana ada kader PKI anak-anak.
Jika Jokowi PKI atau anak PKI, Gibran tiba-tiba bersih lingkungan, tidak ada isu Gibran anak atau cucu PKI. Ke mana suara-suara yang dulu teriak Jokowi PKI dan perlu test DNA segala. Lak koplak mana ada ideologi bisa dites DNA?
Kedua, masih cukup hangat, ketika Jokowi dipersepsika sebagai Pinokio, artinya pembohong dengan hidungnya yang memanjang, setiap kali berbohong. Â Kan menarik nih anak pembohong menjadi kandidat walikota dengan nama sangat bersih dan tanpa ada respon menolak, selain DPC PDI-P, padahal partai ini adalah partai utama Jokowi.
Ketiga, akan bisa lebih mudah diterima nalar, jika itu Kaesang. Dalam adat Jawa anak ragil kurang mendapatkan sebuah garis utama dari si bapak. Keberadaannya bukan mewakili bapak banget. Keturuna n tambahan semata. Jadi sangat mungkin jika Kaesang tidak akan menyangkut banyak pada Jokowi. Lha ini Gibran.
Keempat, jauh lebih mempertontonkan kualitas parpol, bagaimana perilaku munafik itu jauh lebih menjadi ideologis dari pada ideologi yang mereka gaung-gaungkan selama ini. Miris sebenarnya.
Apa dampak politik jika Gibran bisa menjadi walikota?
Menggelikan sebenarnya, apalagi jika isu-isu antekasing, antekaseng, penjual negara, boneka, dan seterusnya seterusnya masih ada, dan kemudian anaknya bebas melenggang dalam kapasitasnya sebagai walikota sekaligus anak presiden. Benar bahwa pusat dan daerah berbeda, namun ketika banyak hal pribadi dikaitkan dengan politik, menjadi aneh dan naif kinerja parpol ini.