Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Usai Labeling Komunis, Terbitlah Label Mesum-Asusila, Habis Semua

18 November 2019   11:38 Diperbarui: 18 November 2019   11:42 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tentu masih banyak yang ingat, bagaimana susah payahnya klarifikasi Abu Rizal bakri ketika"ketahuan" piknik mewah bersama artis muda belia ke luar negeri dulu. Membawa istri dengan memeluk boneka dilakukan, demi membersihkan nama ketika ada momen mendekati pilpres. Toh Golkar menjadi sapi ompong meskipun suara pemilih cukup signifikan. Semua hancur lebur.

Paling menghebohkan tentu mengenai dugaan chatt mesum seorang tokoh. Apapun pembelaan diri, ataupun narasi yang dibangun pengikutnya, yang jelas label mesum tidak akan bisa lepas. Mau  bersikap apapun akan dikaitkan dengan dugaan itu. Apalagi ketika penyelidikan secara hukum tidak diikuti. Malah dugaan makin menjadi bukan mereda.

Sekarang, apapun yang dikatakan, dinyatakan, dan digaungkannya malah menjadi candaan dan ledekan. Semakin keras ia membantah dan menuding, maka semakin nyaring pula tertawaan untuk mengejeknya.

Moralitas berkaitan dengan susila paling kuat melekat dalam alam budaya bangsa ini. Apalagi jika itu elit. Mungkin sudah sangat cair dan bergerak ke arah pembiaran, seperti orang hamil tanpa suami di desa-desa sudah diabaikan begitu saja, namun jika elit tersandung skandal yang satu ini, habis sudah.

Masih jauh lebih bisa diterima koruptor dan maling anggaran. Lihat saja itu, para pejabat yang sudah maling uang rakyat, masih banyak pembela. Pun masih bisa mendapatkan kedudukan yang kadang lebih tinggi.  Tidak pernah ada sanksi sosial lebih jauh. Lah penjara saja bisa mendapatkan pengurangan terus koq.

Atau persoalan lain, tidak sehancur ketika berkaitan dengan normal susila yang satu ini. dan cenderung orang sepaham, tidak akan ada pro-kontra berlebihan, kecuali hanya oleh pendukung seperti kisah Rizieq Shihab.

Tidak perlu ribet tuding sana tuding sini, apalagi malah menuding kerja intelijen, skenario, atau adanya konspirasi segala. Yang jelas jaga diri, jaga sikap bagaimana aksi akan ada reaksi, dan netijen Indonesia itu kreatif. Dan nikmati saja, tanpa banyak membela diri daripada malah makin dibully. Ini masa yang memang harus dijalani, dan sarana mendewasakan.

Klarifikasi paling banter adalah bantahan, dan itu tidak mengubah keadaan. Tetap massa masih memegang keyakinan bahwa itu benar. Nama dan bahkan karir jangan harap masih bisa tetap eksis.  Penyelesaian hukum juga pasti tidak ada, hanya mentok pada terlupakan saja. Keluarga hancur berantakan sangat mungkin. Yang pasti karir tidak akan bisa membaik.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun