Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PSI Hati-hati, Jangan Emosi

15 November 2019   19:07 Diperbarui: 15 November 2019   19:10 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman Ahok bisa menjadi cermin bagi PSI, juga pengalaman gagal melampaui PT, itu bukan karena kegagalan mereka semata, namun karena strategi berpolitik yang tidak tepat. Ngeli aja keli, menjadi penting. Memiliki integritas di dalam berpolitik. 

Toh yang dipuja saat ini masih maling, belum sampai orang berkualitas. Lihat serbuan kepada Ahok. Apakah karena ia Krsiten, China, atau bekas napi? Bukan karena ia berani melabrak pelanggar aturan.

Pelanggar ini masih demikian kuat, banyak, digdaya, dan memiliki pendukung kelaparan yang sangat mudah digerakkan. Kekuatan tak terlihat itu mengerikan, mereka jauh lebih berkuasa dari sekadar DPR atau bahkan presiden. 

Lihat saja itu hiruk pikuk di pusat. Presiden menang, toh tidak leluasa. Apalagi daerah. Parpol pun masih sangat mungkin digerakkan kepentingan kekuatan yang tidak  kelihatan itu.

Politik itu tidak sesederhana matematika. Benar salah dalam politik sangat bias. Hitam dan putih pun tidak ada, abu-abu menjadi dominan, untuk beralih menjadi hitam atau putih dengan cepat. 

PSI jangan menjadi demikian naif melihat politik dengan kaca mata pasti demikian. Jika demikian  sangat mungkin menjadi tidak berguna, habis sebelum memberikan warna.

Sayang apa yang sudah dirancang, sudah direncanakan, dan harapan baik itu ada bisa menjadi pupus, layu sebelum berkembang karena salah dan tidak bijak di dalam bersikap. Tidak salah, namun tidak tepat di dalam membawa diri.

Di dalam sarang penyamun, jangan menjadi tokoh agama yang berkotbah, tetapi jadilah penyamun yang bisa membawa penyamun untuk bertobat. Apakah mau penyamun dikotbahi? Jelas tidak. Jangan juga malah ikut jadi penyamun yang jauh lebih bengis dan keji tentunya.

Ahok telah menjadi contoh yang jelas bagaimana politik bisa sangat kejam. Kawan bisa menikam, apalagi lawan. Mereka menjatuhkan Ahok bukan karena ia berprestasi, namun karena ia menjadi karang penghalang kepentingan mereka selama ini. meskipun bagi si bloon seperti PA 212 yang menyatakan Ahok produk gagal, karena ia si gagal yang tidak mau berkaca.

Siapa yang bisa menyatakan dengan waras kalau Ahok tidak membawa perubahan, artinya yang menyangkal itu tidak waras. Sesederhana itu. Apalagi kelaparan.

Kisah dari almarhum Sophan Sopian juga sangat mungkin bisa menjadi pembelajaran bagi PSI. Bagaimana uang beredar di kalangan dewan itu sangat biasa. Jangan sampai teriak-teriak bersih, memberantas kecurangan, dengan keluguanya nanti sangat mungkin dicokok KPK. Siapa bisa membantah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun