Saat Anies Baswedan  Kemakan Jargon Sendiri, Emang Ahok yang Salah
Entah akan sampai kapam khabar Anies terus menghiasi aneka pembicaraan. Satu belum selesai sudah tampil yang baru, dengan narasi yang lebih lucu dan culun. Kemarin soal anggaran lem, pihak yang bawah mengatakan salah ketik, atasannya mengatakan tidak salah ketik, atasannya lagi mengatakan kalau mereka belum mengeluarkan rancangan kog sudah ada, dan si kepala daerah marah karena anak buahnya teledor dan asal-asalan.
Sisi lain, biasa gaya basi menyalahkan warisan. Mirisnya adalah justru ia yang menjadi bahan bulan-bulanan karena kinerja dia yang jeblok menyalahkan pihak lain dan sistemnya, maka tidak heran ada lelucon yang mengatakan, kalau gubernur sudah menjadi korban pemerintahan Ahok. Jelas bukan karena kebencian atau tidak suka, namun memang apa yang ia katakan dan ia lakukan tidak sejalan.
Cukup menarik melihat apa yang ia nyatakan ketika mau menjadi gubernur,
Birokrasi itu dibahagiakan, jangan ditekan. Ia cerdik kala itu, karena melihat keluhan birokrasi atas tekanan Ahok yang memang luar biasa. Standart swasta yang mau diterapkan di dalam birokrasi. Rakyat senang melihat perubahan signifikan, tapi apa para pelaku senang? Ada yang senang ada yang enggan, dan itu dominan. Pilihan cerdik dengan memanfaatkan isu yang sejatinya baik, toh dinilai buruk juga oleh sebagian besar pihak.
Ahok salah bukan dengan pilihannya? Ini soal mentalitas, Â bukan soal bahagia atau tertekan. Anies tentu paham dan tahu dengan baik mengapa mereka meradang, dan itu jelas bermanfaat bagi keterpilihannya dalam pilkada. Jelaslah orang yang sumpek ditawari oksigen gratis dan boleh kemaruk, mana menolak? Dia paham dengan baik trik ini.
Nah ketika kini anggaran menjadi luar biasa gila-gilaan, ugal-ugalan, Anies marah pada bawahan yang ia nilai akan memperkaya pabrik pembuatnya, ketika ia tampil dalam kanal youtube. Mengapa menjadi demikian murka, meminjam istilah media, ketika sudah ketahuan oleh publik bahwa ada kejanggalan-kejanggalan.
Keterbukaan ala Ahok. Salah satu brand Ahok mulutnya kasar, tidak tahu adat adalah karena semua dibuat terbuka, transparan, bahkan rapat pun bisa diakses siapa saja. Anies lagi-lagi tahu dengan baik, di mana bisa "menyembunyikan" diri, ingat ini tidak berarti mengatakan akal-akalan, namun bahwa sangat mungkin untuk tidak perlu publik tahu apa yang terjadi. Bisa buruk, bisa baik, bisa juga tidak ada nilai moralnya.
Toh rancangan periode tahun kemarin tidak ada "masalah" bukan? Ada tiga tanda khusus bahkan empat ya, semua berjalan "baik-baik" saja kog. Tidak ada kehebohan, mengapa kini menjadi berbeda? Anggaran sudah habis bahkan, termasuk soal bambu gila, batu luar biasa, JPO mewah, dan catatan BPK yang aduhai. Hayo, salah Ahok bukan, mengapa transparan.
Transparan itu tidak semata soal anggaran yang benar dan baik, namun juga  siap menghadapi risiko dimaki-maki, karena apa yang dinilai benar itu belum tentu benar di mata publik dan pihak lain. Ini yang sangat berat bagi pejabat yang tidak memiliki mental "preman" ala Ahok. Belum tentu menyembunyikan anggaran maling.
Ahok pernah mengatakan, siapapun gubernurnya, dengan rancangan sistem pemerintahannya akan baik-baik saja. Lha itu kan kata dia, memangnya semua orang harus sama pemikirannya dengan dia? Salah lagi. Ingat di negara ini belum sistem yang bekerja tetap orang. Lihat hanya soal baju saja bisa menjadi perdebatan panjang kali lebar, seminar, dan sebagainya. Karena apa? Masih mencari uang dan proyek.
Mau sebagus apapun sistem dan rancangannya, kalau tidak dipakai, tidak digunakan, atau penggunaannya tidak sesuai, ya untuk apa? Jadi ingat ketika rumah pendidikan rekan fakultas dulu mendapat kiriman PC Apple, karena sistem yang ada tidak dikenal, akhirnya hanya bisa untuk bermain games. Rekan dan kawan-kawannya kan tidak salah juga, wong sistemnya tidak bisa mengoperasikan, dan hanya games yang bisa dilakukan.
Salahnya Ahok bukan Anies Baswedan. Kan membahagiakan birokrasinya, kasihan sudah capek dan penuh tekanan, kini salah ya salahkan saja Ahok, bukan anak buahnya. Pemimpin bagus dan visioner ini.
Aneh dan lucu ketika pada rindu era Ahok dengan segala keadaannya. Lha dulu ngamuk, setiap hari, semua dewan adalah oposan Ahok, kini mengatakan bagusan yang lalu. Apalagi Edy Prasetyo dan PDI-P, lha ke mana saja selama ini, pun periode lalu diam saja kog. Tidak usah jadi sok pahlawan, kesiangan lagi.
Kalau birokrasinya banyak bicara yang tidak karu-karuan ya tidak salah Anies Baswedan kan mau membahagiakan, membebaskan. Mereka bebas bicara walaupun bisa menjadi bumerang dan malah tidak hati-hati menjungkalkan Anies sendiri.
Syukur bahwa ada PSI yang masih baru dan belum terkena noda masa lalu bisa bertindak kritis, tapi hati-hati jika nanti rekening tiba-tiba menggelembung dan KPK datang mencokok, bisa berabe. Harapan baru ini bisa berbahaya kalau tidak waspada karena mengganggu macan yang baru bisa enak tidur kekenyangan jadi ngamuk karena terusik.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H