Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sumpah Pemuda dan Izin Pendirian Rumah Ibadah, Refleksi Kebhinekaan Hari Ini

28 Oktober 2019   11:09 Diperbarui: 28 Oktober 2019   11:06 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sangat mungkin bahwa kesukuan tidak demikian menjadi masalah berlebihan hari-hari ini, namun toh bahwa itu ada potensi yang sangat mudah disulut demi kepentingan pihak-pihak tertentu. Memang pembangunan mulai merasa dan dirasakan banyak pihak, bahkan hampir semua pihak merasakan dampaknya.

Perbedaan kesukuan yang seolah sudah menipis itu pun masih mudah bergolak karena fanatisme berlebihan yang memang ada yang sengaja menggosok dan menggesek. Lihat saja berapa waktu lalu hampir saja kembali ada kerusuhan antaretnis, benarkah karena etnis? Bukan, kepentingan politis yang ada. Dan memang demikian adanya.

Memperkuat jati diri Keindonesiaan,  bukan kesukuan atau agama semata. Jika demikian yang hadir, disadari, dan menjadi gaya hidup, yakin saja Indonesia maju akan menjadi kenyataan dan lebih cepat. Energi bangsa ini habis dan terserap hanya urusan yang remeh temeh, soal "pakaian", label, dan perhiasan yang seharusnya menjadi sarana namun sering menjadi tujuan.

Jika pemuda '28, di tengah keterbatasan, di antara seuruh tekanan saja mampu melahirkan Sumpah Pemuda yang demikian visioner, mosok anak milenial malah mundur dan memecah belah hanya demi kepentingan pihak lain. Ingat Indonesia, bukan hanya Jawa, Sumatera, Kalimantan, atau Papua saja, namun seluruh dari Sabang sampai Merauke.

Indonesia juga bukan hanya Islam saja, atau Katolik saja, namun semua agama yang diakui harus mendapatkan kedudukan yang sama. Jangan sampai mengandalkan banyak atau mayoritas. Istilah ala penjajah yang sering dipakai dengan gagah dan bangga.

Saatnya kembali melihat perjuangan dan perjumpaan 1928 yang demikian melegenda, dan di sanalah jati diri Indonesia. Memang laku itu harus dijalani dan sedang berproses menuju ke sana. Tidak akan bisa dipaksakan, harus penuh kesetiaan menjalani dan kemudian lahirlah kesadaran. Dan kesadaran baru itu mulai merebak, banyak kebersamaan yang dibuka karena kesamaan jati diri bukan membesarkan perbedaan.

Selamat Hari Sumpah Pemuda

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun