Penghargaan Bukan Prestasi tapi Kontroversi dan Sering Masuk TV
Miris sebenarnya, ketika masuk televisi itu bukan karena prestasi. Ini hanya menaikan rating. Bisnis, penonton dan iklan, bukan soal pembelajaran. Mosok artis yang belum apa-apa tiba-tiba berkelahi diundang TV di mana-mana dan kemudian mengeluarkan lagu, atau main film.
Ada harapan ketika Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif orang media, wakil juga memiliki akses banyak ke media karena raksasa media ada kaitan keluarga, ini bukan soal KKN namun soal akses lebih baik. Bagaimana membangun tontonan sekaligus tuntunan. Â
Kemenko PMK kelihatannya perlu sangat serius menangani hal ini, bersama Kemenkominfo, jangan hanya bicara porno saja, namun yang model begini juga diperhatikan dengan seksama.
Penghargaan akan Hasil Abai Proses
Seluruh elemen bangsa ini abai proses, suka hasil, lihat saja penghargaan titel, ijazah beli. Enggan kerja keras mau kaya, maling, korupsi, dan kalau orang desa menggunakan pesugihan, jangan heran artis menjual diri demi gaya hidup dan mewah tanpa kerja susah. Penghargaan masih tinggi meski tahu perilaku buruk dan jelek.
Koruptor saja masih bisa menjadi penguasa dengan alasan dan dalih HAM. Â Ini gaya hidup dan soal penghargaan dan kehormatan orang bukan karena prestasi dan kinerja, tetapi kekayaan, ketenaran, dan labeling lain. Semua lapisan masyarakat masih model demikian.
Keteladanan dan Figur Baik Sangat Kurang
Bagaimana elit dan public figure yang harusnya bersikap sebagai panutan dan hidup baik, memberikan contoh, malah contoh yang buruk. Dan daya tiru masyarakat yang tinggi sebatas meniru mau buruk atau baik tidak menjadi pertimbangan.
Keberanian yang Dipuja Bukan Malu.
Susah ketika tabiat bangsa ini mengedepankan keberanian bukan perasaan malu. Nah ketika melanggar dan bangga dan malah seoalh jagoan, lihat di jalanan, pun koruptor masih cengegesan dan masih kaya raya, susah mengubah jika tidak serius kehendak baik seluruh elemen bangsa.