Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY Tidak Masuk Jajaran Kabinet, Politik Baperisme SBY-Mega?

26 Oktober 2019   21:31 Diperbarui: 26 Oktober 2019   21:39 1936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelas terbaca gamang dan mencari untung, bukan kerja keras dan kerja cerdas.  Basi apa yang tersaji, ketika banyak pihak berlomba dalam prestasi, Demokrat dan AHY masih memainkan trik lama mereka, main dua kaki, memainkan politik korban, dan semua sudah mulai paham.

Peningkatan karir di partai lagi demikian menyolok. Wakil ketua umum, apa jasanya bagi partai coba? Kecuali memenangkan pemilu, ada reward yang patut. Lha ini tidak ada capaian, tetapi hanya mau membesarkan diri oleh si bapak semata.

Prestasi dan kualifikasi AHY sama sekali belum ada selain mayor sebagai pangkat terakhir. Hal ini tentu membuat bingung yang mau menempatkan posisi di kementrian. Berbeda jika itu orang sipil seperti AHT, yang tidak ada terbaca birokrastis. Apalagi putri pemilik usaha yang demikian besar. Kualifikasi minimal jelas sudah ada.

AHY tidak salah. SBY justru yang tidak pas dan bijak dengan pola pendekatan politiknya. Anak buahnya pun ugal-ugalan memainkan narasi. Jangan malah melemparkan tudingan pada Mega dan Jokowi. Ini serius dan membuat masyarakat makin paham seperti apa kualitas SBY dan AHY.

Belajarlah pada HT mengapa ia bisa "menitipkan" anaknya dalam jajaran elit nasional. Mereka bekerja keras. Berani memilih, meskipun tidak populer dan terkena dampak hujatan pula. Itu konsekuensi. Tidak akan bisa menyenangkan semua pihak, itu yang perlu SBY camkan.

Politik perlu juga dana, janganlah pelit-pelit jugalah. Demokrat mosok sih tidak punya dana untuk itu.  Jangan malah   menuding ke sana ke mari, sedangkan kotoran ayam itu ada di samping hidung sendiri. Belajar becermin, bukan hanya teriak-teriak sendiri.

Pengalaman kegagalan sejak 2017 jangan diulangi lagi, mau dijadikan ketua umum Demokrat sekalipun tidak ada berdampak, jika AHY belum menjadi sesuatu. Miris jika memaksa harus skala nasional atau DKI. Padahal banyak lahan yang bisa dikerjakan untuk memperkenalkan diri. Lihat saja Jokowi dari walikota, gubernur, dan presiden.

Benar bahwa SBY langsung menteri dan presiden, toh bintang tiga dulu, lha ini melati dua. Itu tidak akan mudah dihilangkan atau dilupakan. Kalah pula dengan telak dalam pilkada. Jangan pula nanti menyalahkan pihak lain mengeluarkan dari dinas militer.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun