Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kejujuran Kanak-kanak Fadli Zon dan Salawi

18 Oktober 2019   11:27 Diperbarui: 18 Oktober 2019   14:12 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pelantikan presiden belum juga terlaksana, tetapi berseliweran nama-nama calon pengisi kabinet dan safari politik yang tidak berhenti dari waktu ke waktu.  Paling menarik yaitu Gerindra terutama Fadli Zon.  Ada isu menjadi menteri ini dan itu, kemudian ada pula desas-desus menjadi duta besar. Yang pasti dia masih anggota, bukan pimpinan DPR.

Tiba-tiba Fadli mengatakan, ia bekerja main-main karena presidennya bukan Prabowo. Ini menarik, jika demikian kualitas kedewasaan Fadli Zon itu karena pihak eksternal. Sama juga anak-anak yang marah pada bapaknya mengatakan bapaknya nakal, atau kepada temannya yang berbeda sikap dikatakan tidak bala. Toh tidak lima menit sudah menggelendot dan main bareng lagi.

Toh ini kejujuran yang jarang banget ditampilkan oleh Fadli Zon, selain mengolok-olok, memperhalus kenyinyirannya pada presiden dan jajaran. Patut diapresiasi bahwa ia masih bisa jujur, apalagi itu soal kualitas diri.

Pribadi dewasa itu bukan hanya badan gede. Seorang kerabat pernah mengatakan gedhe kesurung sega, besar karena dorongan nasi, berbicara fisik belaka bukan kepribadian. Sikap bertanggung jawab itu bukan soal siapa yang menjadi pemimpinnya. Lucu ketika seorang pimpinan dewan, ngambeg, karena presiden yang ia usung tidak jadi, kemudian bekerja seenaknya sendiri.

Demokrasi itu berbicara soal menang dan kalah, tidak ada seri atau draw. Nah siap menang tanpa siap kalah itu lagi-lagi anak---anak. Bagaimana bisa tidak mengakui demokrasi yang paling dasar, di mana kalah satu suara saja ya kalah. Siapa yang dipilih lebih banyak, suka atau tidak, rela atau berat hati ya tetap pemenangnya itu, meskipun bukan yang ia dukung.

Padahal jika ia dewasa akan menjadi oposan berkarakter, berkelas, dan berkualitas jauh lebih memberikan dampak dan itu sikap dewasa. Pemilihan kata main-main saja juga memberikan gambaran ia memang kanak-kanak dalam fisik dewasa. Pola pikirnya memang kanak-kanak kelihatan dari cara bersikap selama ini, lebih banyak main medsos dari pada melakukan tanggung jawabnya.

Fadli seharusnya sadar, ia bekerja yang membayar bukan Jokowi, ataupun Prabowo, ketika ia menadi wakil rakyat. Ia bekerja demi bangsa dan negara. Layakkah seorang pemimpin lembaga dewan mengatakan hal demikian? Sangat memalukan. Tidak suka dengan Jokowi ya jangan merugikan negara dan rakyat banyak.

Ia juga menghianati pemilihnya, karena ia berlaku main-main karena presidennya bukan Prabowo. Ia jadi pimpinan dewan itu karena pilihan rakyat. Berbeda jika ia adalah karyawan Prabowo kemudian perusahaan Prabowo diambil alih secara tidak benar oleh Jokowi, dia tidak bisa keluar dari perusahaan itu dan bekerja secara main-main, ini masih bisa dimengerti.

Kejujuran asli kanak-kanak dari jiwa Fadli Zon ini sangat membantu bagi Jokowi dan Prabowo untuk bersikap di dalam menjadikannya apa saja, apalagi jika menteri dan duta besar. Bisa dibayangkan bagaimana ia bekerja

Jika menjadi menteri, berapa banyak jajaran yang ada di bawah kendali orang yang hanya main-main demikian. birokrasi panjang bisa terbengkalai dan negara serta rakyat akan sangat dirugikan. Bagi dia seolah itu merugikan Jokowi, padahal bangsa dan negara yang rugi. Dia mana paham kalau dia juga rugi sebenarnya.

Kerja sama dengan legelatif, atau bangsa lain juga bisa terhambat. Sangat merugikan, apalagi jika berkaitan dengan kementrian yang memerlukan tangan dingin dan pekerja keras. Berbeda jika menjadi menteri yang tidak perlu kerja, ada atau tiada pun tidak berdampak. Dan itu sangat mungkin jika hanya membuat Zon diam semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun