Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tujuh Prajurit dan 7 Kepala Sekolah, Dampak Pembiaran dan Kerinduan Pemimpin Tegas

15 Oktober 2019   18:58 Diperbarui: 15 Oktober 2019   18:55 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini soal empati dan simpati, tidak perlu jauh-jauh berbicara soal afiliasi politik, benar tindakan KSAD, meskipun susah dilepaskan dari pengaruh dan dampak afiliasi aktifitas ideologis. Mengapa? Beberapa narasi yang berkembang, cenderung dibesar-besarkan oleh kelompok yang biasa bermain melalui media sosial itu-itu saja. Para pemain dan pendukung kelompok fundamentalis.

Ada yang mengatakan KSAD mempermalukan anak buah, tindakan berlebihan karena bukan menyasar Wiranto, dan sejenisnya. Toh tindakan disiplin militer telah dijatuhkan. Mau membela diri seperti apa toh sudah terjadi, dan cap itu akan merontokan karir baik tamtama, bintara, apalagi perwira menengah.

Tanggapan normatif mengenai penyalahgunaan media sosial, karena jika mengenai fundamentalis, jelas perlu kajian, analisis, dan aksi nyata terlebih dahulu. Namun jika memang kemudian terjadi adanya fakta aksi fundamentalis senyampang dalam penanganan pelanggaran disiplin ringan ini, itu berkat terselubung berarti.

Kedua aksi tersebut membuat banyak tanggapan dan respons positif. Mengapa demikian?

Bangsa ini haus pemimpin berani. Sekecil apapun kalu berani bersikap, tanggapan publik akan sangat tinggi. Ingat, banyak pemimpin yang hanya berorientasi pada amannya kekausaan, pokoknya bertahan dan tidak jatuh di tengah jalan, populis menjadi pilihan, meskipun membiarkan banyak kengawuran di dalam tubuh yang seharusnya bisa mereka atasi

Jika jernih berpikir, aksi kedua pemimpin itupun tidak sesuai proporsinya. Masih banyak anak buah atau bawahan yang seharusnya bertindak dengan lebih cepat. Karena birokrasinya mampet karena kepentingan dan afiliasi ini dan itu, sikap kedua pemimpin itu justru mendapatkan apresiasi baik.

Apapun yang dilakukan, asal tidak melanggar hukum, dengan motivasi memperbaiki kualitas hidup berbangsa, soal prosedur bisa dinafikan. Ini kondisi darurat, siapa cepat dan lugas, silakan saja.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun