Tekanan people power. Lagi-lagi mau menekan pemerintah yang menyalonkan diri kembali. Dia piki dengan ajakan pengerahan massa itu bisa membuat orang takut. Malah sebaliknya, jangan sampais atu suara bisa dimanfaatkan pihak lawan untuk mendapatkan keuntungan.
Prediksi dan ajakan yang gagal total karena  malahan orang bertindak sama ekstremnya untuk mendukung pihak yang berseberangan dengan yang diajak pp. Lagi-lagi prediksi dan juga ajakannya mentah. Malah potensi menjadi urusan pidana, yang dengan ringan diubah menjadi pp tipis-tipis.
Jadikan Jokowi bebek lumpuh, usai 17 April . Maksudnya pemilu  incumbent maunya dipecundangi. Eh malah menjadi liar ke mana-mana karena narasi kecurangan menjadi liar. Dagelan demi dagelan tercipta di sana-sini.
Tekanan massa berujung ricuh pun seolah bagi mereka bukan masalah dan tidak ada pertanggungjawaban moral. MK pun menjadi mahkawah kelucuan ketika saksi dan tim penasihat hukum seperti komika membuat lawakan tingkat tinggi. Â Jelas ini pun lepas lagi prediksinya untuk menjadikan bebek lumpuh.
Kemudian mengenai pemindahan ibukota, pun mengatakan, jangan kemaruk, urus saja Papua. Lha Papua bergolak ternyata mereka-mereka juga potensial terlibat. Okelah kalau mau bersikukuh itu oknum, namun mengapa menggunakan itu sebagai tunggangan, apalagi dikaitkan dengan kemaruk dan pemindahan ibukota.
Eh gagal maning gagal maning, menyatakan pula rezim ini tidak akan lama, tidak perlu takut, memang akan berakhir kog Oktober nanti. Berganti dengan Jokowi-Amin M, bukan lagi Jokowi-JK. Mereka sudah berakhir. Artinya prediksinya akurat dalam satu sisi yang bukan ia maui tentunya.
Bebek lumpuh jelas tidak terbukti, toh peresmian pabrik esemka tentu menjadi sebuah pembuktian telak bagi komentator ini. Prediksi yang tidak mampu dicermati oleh politikus senior karena abai akan realitas politik, cenderung memberikan narasi, prediksi, dan opini karena kebencian bukan faktual.
Akhir rezim memang akan berakhir, tetapi bukan sebagaimana perkataan politikus satu ini. paling kalau lepas lagi prediksinya akan ngeles, kan hanya becanda, tipis-tipis, atau dipelintir media, bukan itu kog maksudnya dan sejenisnya.
Harapan  tinggi atas timnas kembali terpukul mundur, pengelolaan ala instan mirip dalam dunia politik. Tidak sabar dan maunya hasil instan. Semua jelas gagal. Kehendak kuat memberikan bukti, esmeka akhirnya terwujud. Timnas pun bisa kalau ada kemauan untuk itu.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H