Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peresmian Pabrik Mobil Esemka, Kekalahan Timnas, dan Prediksi Politikus Ini

6 September 2019   16:32 Diperbarui: 6 September 2019   16:39 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peresmian Pabrik Mobil SMK, Kekalahan Timnas, dan Jangan Takut Prediksi Politikus Ini

Politik dan timnas itu sama membuat pening para pengamat. Ketika, pengamat mengelu-elukan timnas akan begini dan begitu, menjanjikan ini pemain dan pelatihnya, plekenthus, kalah sepele. Pun politik, pengamat dan politikus sudah panas dingin adanya ini dan itu, eh adem-adem saja. Malah tidak ada apa-apa geger.

Prediksi dan teropongan yang sangat sulit, rekam jejaknya tidak membawa bahan untuk bisa diprediksikan dengan  lebih jelas. Manufer dan hasilnya bisa ke mana-mana. Bak melempar bal bekel sambil dipantulkan ke lantai, melenting tidak karuan mau ke mana. Hanya bola dan Tuhan yang tahu. Itulah nasib timnas dan perpolitikan nasional.

Kali ini kawan akrab, pelukan cipika cipiki, main bareng, besok bisa berseteru dan saling hujat. Kemarin saling sindir dan hina bak tom n jerry, besok sudah rangkulan dan makan bak sepiring berdua, kayak lagu dangdut era jadul.

Hari ini presiden meresmikan pabrik mobil esmeka. Padahal sekian lama itu adalah bahan gunjingan, kadang hujatan, dan cacian yang tidak karuan, utamanya di media sosial. Lha bangun pabrik kog seperti bangunkan orang tidur dan bangun sruput kopi. Wong bangunkan orang tidur saja ada yang susahnyaa minta ampun.

Kesabaran menghadapi proses itu perlu diajarkan bagi anak bangsa hingga elit negeri ini. Bayangkan saja  ketika semua orang maunya cepat, namun abai akan persiapan, tidak mau tertib, dan mau selenongan saja, mana bisa. Semua ada aturannya, semua ada mekanismenya, dan semua perlu waktu dan beaya. Ini penting.

Lihat saja tokh besar, pendiri partai, salah satu punggawa reformasi namun memiliki kecenderungan untuk tidak mau taat azas. Maunya memimpin dan abai ketika jadi yang dipimpin. Penghormatan pada konsensus bersama salah satunya adalah pemilu.

Berkali ulang berbicara asal dan tidak merasa bersalah. Benar bahwa alam demokrasi itu bebas berpendapat dan mengemukakan pendapat. Namun bebasnya juga bersinggungan dan beririsan dengan kebebasan pihak lain tentunya. Mosok dia tidak tahu. Jelas tidak mungkin.

Membuat kualifikasi sepihak, antara partai allah dan partai setan. Jal saiki piye, ketika yang disematkan partai setan itu malah menguasai parlemen, pun usungan untuk eksekutif itu menang. Benar bahwa politik itu cair, kepentingan yang menyatukan. Memang demikian yang  ada pada akar rumput?

Identik dengan manusia gua Plato, orang-orang itu sudah termakan hasutan sekian lama, dan susah untuk bisa melihat dengan kaca mata dan cara pandang baru yang lebih tepat. Lihat saja Prabowo melakukan apa, anak buahnya apa. termasuk elit pendukung Prabowo masih menyatakan narasi yang identik dengan masa kampanye.

Prediksinya tidak terjadi bukan? Yang katanya surga, langit, dan Tuhan dibawa-bawa toh tidak demikian. ekstremnya toh langit, malaikat tidak memiliki hak pilih. Pilihan oleh WNI tidak tepat sebagaimana prediksi si politikus ini.

Tekanan people power. Lagi-lagi mau menekan pemerintah yang menyalonkan diri kembali. Dia piki dengan ajakan pengerahan massa itu bisa membuat orang takut. Malah sebaliknya, jangan sampais atu suara bisa dimanfaatkan pihak lawan untuk mendapatkan keuntungan.

Prediksi dan ajakan yang gagal total karena  malahan orang bertindak sama ekstremnya untuk mendukung pihak yang berseberangan dengan yang diajak pp. Lagi-lagi prediksi dan juga ajakannya mentah. Malah potensi menjadi urusan pidana, yang dengan ringan diubah menjadi pp tipis-tipis.

Jadikan Jokowi bebek lumpuh, usai 17 April . Maksudnya pemilu  incumbent maunya dipecundangi. Eh malah menjadi liar ke mana-mana karena narasi kecurangan menjadi liar. Dagelan demi dagelan tercipta di sana-sini.

Tekanan massa berujung ricuh pun seolah bagi mereka bukan masalah dan tidak ada pertanggungjawaban moral. MK pun menjadi mahkawah kelucuan ketika saksi dan tim penasihat hukum seperti komika membuat lawakan tingkat tinggi.  Jelas ini pun lepas lagi prediksinya untuk menjadikan bebek lumpuh.

Kemudian mengenai pemindahan ibukota, pun mengatakan, jangan kemaruk, urus saja Papua. Lha Papua bergolak ternyata mereka-mereka juga potensial terlibat. Okelah kalau mau bersikukuh itu oknum, namun mengapa menggunakan itu sebagai tunggangan, apalagi dikaitkan dengan kemaruk dan pemindahan ibukota.

Eh gagal maning gagal maning, menyatakan pula rezim ini tidak akan lama, tidak perlu takut, memang akan berakhir kog Oktober nanti. Berganti dengan Jokowi-Amin M, bukan lagi Jokowi-JK. Mereka sudah berakhir. Artinya prediksinya akurat dalam satu sisi yang bukan ia maui tentunya.

Bebek lumpuh jelas tidak terbukti, toh peresmian pabrik esemka tentu menjadi sebuah pembuktian telak bagi komentator ini. Prediksi yang tidak mampu dicermati oleh politikus senior karena abai akan realitas politik, cenderung memberikan narasi, prediksi, dan opini karena kebencian bukan faktual.

Akhir rezim memang akan berakhir, tetapi bukan sebagaimana perkataan politikus satu ini. paling kalau lepas lagi prediksinya akan ngeles, kan hanya becanda, tipis-tipis, atau dipelintir media, bukan itu kog maksudnya dan sejenisnya.

Harapan  tinggi atas timnas kembali terpukul mundur, pengelolaan ala instan mirip dalam dunia politik. Tidak sabar dan maunya hasil instan. Semua jelas gagal. Kehendak kuat memberikan bukti, esmeka akhirnya terwujud. Timnas pun bisa kalau ada kemauan untuk itu.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun