Kisah horor ketiga ini  terjadi ketika saya hidup di Pulau Sumatera. Mengajar di sana dan hidup di komplek sekolah. Kami bertiga di satu asrama dan ada asrama satu untuk tiga orang juga. Cukup luas lokasi sekolah bertingkat tiga ini, baru datang satpam berkisah kalau di sana itu angker. Baru kemudian hari tahu kalau si satpam ini penakut malahan.
Samping sekolah ada kuburan sangat kuno, samping lain ada tempat persemayaman abu bagi saudara Budha dan Kong Hu Cu. Banyak kejadian aneh dan lucu, dan fokus memang tiga kejadian yang melibatkan saya secara aktor utama.
Kisah pertama dialami si A yang mengaku terus terang sebagai penakut. Malam itu kami ngeprint di kantor yang hanya empat puluhan  meter dari mess. Kisaran pukul 20-an lah. Usai ngeprint dia mau balik ngantuk katanya dan meninggalkan saya sendiri. "Kang balik dulu ya.." pamitnya
"Iya..."
Belum satu menit, sudah balik pucat pasi sambil ngos-ngosan duduk ndempel-ndempel. "Kang..." katanya takut-takut...
"Nyapo sih...." jawab saya sambil melihat monitor.
"Anter balik kamar dulu Kang..."
"Gak akan, terserah.." jawab saya ngotot.
Usai tiga empat kali memelas lebih parah saya antar, tidak bicara sama sekali. Baru paginya, ketika banyak rekan guru dan karyawan dia cerita kalau saya kejam, pas buka pintu ada dua bayangan orang.  Oh iya, kantor itu pintunya kayu sepertiga atas kaca, jadi pas membuka itu ada kepala teman yang hanya sebatas hidung karena ia  pendek dan ada yang jauh lebih tinggi, dan itu siapa coba?
Nah kejadian berikut ini semua melibatkan saya. Kisah pertama di mess. Teman yang pernah ditakut-takuti juga terlibat. Sore hujan cukup deras. Saya mencuci dan menjemur di belakang mess. Rekan tadi sebut saja A berpapasan di pintu masuk, "Kang, sampeyan njemur, lha yang di kamar siapa?"
Si B yang membaca di kamar sebelah juga menjawab," Kang Susi tumben diajak ngobrol cuek dan sombong gak jawab, lha jebule nyuci, kui sapa Kang? "