Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

FTV Risma-Anies Makin Panjang, Sutradara-Penulis Skenario Top

2 Agustus 2019   09:10 Diperbarui: 2 Agustus 2019   09:43 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FTV Risma-Anies Makin Panjang, Sutradara Nasdem

FTV yang setiap hari tayang, bahkan ada yang sampai tiga kali dalam satu hari, sebenarnya hanya satu tema. Percintaan antara yang mungkin dan tidak mungkin, ada penghambat, dan pada akhirnya bahagia. Begitu sederhana, hanya tampilan glamor, bintang relatif baru yang sangat menarik, menjadi jaminan iklan karena penonton demikian banyak.

Tontonan sederhana di tengah hiruk pikuk dan kesibukan yang sangat berat, yo wajar kalau demikian digandrungi. Malas tontonan yag perlu mengeryitkan dahi dan berpikir hanya untuk melihat maknanya. Menebak akhir certa dari judul pun bisa, toh masih juga dioantengin. Padahal durasi iklan dan tayangan kelihatannya panjangan iklannya.

Dalam dunia politik ternyata hadir juga. Anies yang menjadi menggeliat lagi dalam pentas nasional karena Surya Paloh yang membawanya. Bola salju bergulir, eh akhir-akhir ini Barus sebagai kaderNasdem dari Jakarta yang usai kunjungan ke Surabaya membawa polemik dengan mau mendatangkan walikota Surabaya Risma untuk mengurusi sampah di Jakarta yang amburadul.

Media menangkap peluang keriuhn baru usai, Jokowi-Prabowo "berdamai", pun Mega-Prabowo berdamai. Menunggu Mega-SBY berdamai kelamaan, lumayan ada celah drama baru Risma Anies.  Sejatinya Risma dan Anies tidak sangat pas diperbandingkan, kota dengan provinsi, namun kesuksesan Risma di tengah sorotan Jakarta yang atret memang nampak jelas.

Narasi baru ketika Risma mau dibawa ke Jakarta menambah panas keadaan. Begitu banyak tanggapan dan respons yang terjadi. Semua gara-gara orang Nasdem.

Anies pertama jelas yang tersengat, malah blunder dengan menuding pemerintah sebelumnya yang membuat persampahan menjadi seperti sekarang ini. khas Anies memang, dan kini yang terakhir tim gubernur yang ikut tersengat dan meradang dengan menyinggung pribadi anak Risma, lembaga ikut karan pemkot Surabaya dan akhirnya Polda Jatimpun turun tangan.

Awalnya masih personal ketika Anies juga mengatakan biar orang Jakarta yang menyelesaikan, toh tidak ada gerak langkah lebih jauh. Ini reaksi panas karena beredarnya pemberitaan, photo, meme, dengan narasi yang memang sangat probvokatif. Wajah Risma yang terbelalak kaget, tertawa terbahak dan ditambahi keterangan soal anggaran Surabaya dan Jakarta untuk mengurus sampah.

Reaksi yang berlebihan hingga tim gubernur juga cenderung offside, mengapa demikian?

Ini persoalan mendasar soal kualitas kepemimpinan dan tim. Memang jelas lemah apalagi dikuliti terus menerus soal anggaran dan peruntukannya. Tim yang demikia jumbo dari personal hingga gajinya, namun capaian kog masih hjauh dari apa yang sebenarnya bisa dilakukan. Perbandingan konkret dari Surabaya yang demikian jomplang.

Wajar ketika orang yang terlibat ketar-ketir karena adanya permainan yang sangat mungkin terjadi. mengapa? Karena anggaran yang ada dengan capaian itu mencolok. Dan kejadiannya kog relatif barengan.

Konstestasi untuk 22 dan 24 nampaknya sudah mulai ditabuh. Genderang persaingan sengit baik partai politik dan pribadi per pribadi sudah mulai. Persaingan sangat merata, DKI yang pernah mengantar Jokowi seolah menjadi jaminan untuk bisa berbuat dan mendapatkan demikian. 

Nah ketika Anies yang sudah mulai di sana tentu ingin bisa bertahan, dan kemungkinan ada Risma yang bisa saja menggantikan posisinya, itulah kondisi persaingan yang tercipta.

Prestasi dan capaian kebetulan sangat jauh berbeda. Njomplang, parah dan itu yang seolah Anies dan tim serta para pengusung mulai was-was. Pilihan membelanya menjadi lebay ketika menyangkut potensi pelanggaran hukum, dan itu bukan kepada pribadi Risma malah anaknya, dan itu pun lemah.

Potensi Anies dibawa ke ranah hukum itu sangat banyak. Ketika sudah dimulai, bisa saja ada pihak yang sebaliknya memanaskan situasi dengan menjadikan banyaknya anggaran yang gagal bermanfaat di Jakarta sebagai masukan menggoreng ini dan itu. Siapa yang mulai, siap saja  kalau akan ada serbuan dengan cara yang sama.

Nasdem cerdik, jauh hari sudah memisahkan kambing dan domba dengan cerdik. Hanya modal makan siang dan pernyataan Barus, dua calon pemimpin itu tampil skala nasional. Anies makan siang dengan Surya paloh, reaksi media, parpol, pengamat ke mana-mana.

Barus dengan pernyataan Risma bisa membantu Jakarta membawa Risma mengungguli jauh Anies yang langsung habis terkena serbuan media dan warganet yang menguliti kegagalan Anies dan keberhasilan Risma. Apakah ini tidak ada skenario? Jelas ada, momentum dengan cerdik diolah dan dikemas Surya Paloh. Semua gamblang tersaji.

Peta 2022 mulai agak jelas, dan itu bukan tidak dalam perencanaan. Kesuksesan Nasdem yang di balik layar menyebabkan mereka justru leluasa bergerak. Dua ikan langsung tersambar dan terpapar dengan baik. Rekam jejak dan prestasinya pun dengan mudah terlihat. Sajian yang sangat menarik dan menghibur.

Reaksi orang di sekitar Risma dan lingkungan Anies juga sangat memberikan dampak dan peran. Reaktif yang tidak proporsional menjadikan perebutan point, kalau dalam badminton, netting gagal malah poin buat lawan.

Anies dan tim serta pendukung perlu jeli melihat peluang, jangan hanya karena kesempatan makan siang dengan SP kemudian sudah pasti tiket. Nyatanya sekarang malah ditelanjangi dan dikuliti oleh Nasdem daerah sendiri.

Politik itu cair, dan cairan itu tidak bisa dengan gampang diatur, namun jelas bidang lebih rendah sebagai tujuan. Reaksi yang berlebihan itu ada apa? Kepentingan jelasnya. Masih akan panjang adanya drama saling berbalas pantun dan jawaban masing-masing kubu.

Satu yang baik adalah, dengan itu rakyat disuguhi benar-benar kualitas pemimpin. Asal nanti pas pemilu tetap rasional dan  berpikir cerdas memilih pemimpin itu prestasi bukan narasi. Apakah mungkin? Sangat mungkin terjadi.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun