Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

DPR Mengurus Kimi Hime, Udara Kotor Beli Alat Akurat, Macet Dihibur, Solusikah?

26 Juli 2019   08:41 Diperbarui: 26 Juli 2019   09:18 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Miris ketika anggota dewan, yang maaf memang jarang yang bekerja keras, berproses panjang, hanya melihat sekilas, dan sepenggal dan menjadikan itu bagian yang seolah-olah besar.

Dua, sepakat pornograsi, generasi muda, dan juga media yang memfasilitasi itu perlu dicermati. Namun apa iya, sekelah dewan RDP memasukan masalah ini, sama juga ribut dalam rumah tangga karena beras habis, suaminya malah selingkuh, dan itu RDP dengan menteri pemberdayaan perempuan, kan tidak, kecuali itu sudah ribuan keluarga mengalami itu. 

Toh malah  banyak pegiat mediaa sosial malah jadi tahu karena ada pembicaraan dari dewan ini. Artinya tidak seheboh dalam benak para anggota dewan kog.

Tiga, jauh lebih mengerikan mana akun media sosial ini, bandingkan dengan yang pernah dulu menjadi pemberitaan nasional semacam saracen, toh mereka tidak pernah membawa itu dalam RDP, paling tidak sepanjang ingatan saya. Jangan bahas saracennya, namun akun-akun model demikian. 

Atau bandingkan akun media sosial ini dengan beberapa akun yang sangat aktif di dalam menebarkan kebencian, berita bohong dan palsu, menghujat agama dan pemerintah. Atau mereka tidak tahu?

Empat, media sosial itu benar-benar bebas, bagus bahwa dewan tahu kekinian, namun jangan menutup mata pada akun yang menebarkan hasutan karena dalam satu golongan kemudian diam, dan galak karena pornografi. 

Bandingkan dampak manusia dalam gua, dan pornografi sama mengerikannya lho. Dan itu tokoh agama, tokoh masyarakat, bahkan ada anggota dewan. daya rusaknya sama saja.

Jangan merasa mampu dan hebat soal selangkangan dan dada saja, namun di depan mata teroris memberikan pantatnya menantang untuk ini dan itu. Ini sama dampaknya, jangan  berbicara hanya ranah pornogafi namun abai terorisme, hasutan oleh tokoh agama. Ingat ini tokoh agama itu bisa agamanya apapun, tidak berbicara apalagi penistaan agama, namun perilaku tokoh agama.

Lima, jauh lebih penting adalah memberikan literasi dan pendidikan bermedia yang bertanggung jawab, bukan malah memasung kreaifitas atas nama dalih dan dalil agama. Semua media menyediakan fasilitas perlindungan kog, jangan malah menjadikan media sebagai musuh dan malah ribet dengan  hal remeh temeh.

Jauh lebih penting adalah memberikan  pembekalan, pendidikan, pengertian, dan pemahaman, bahwa membuat konten positif itu juga bermanfaat. Orang yang berkecenderungan mengejar viral, jangan lupa dewan pun perilakunya demikian, lihat dalam masa pemilu seperti apa. Keteladanan menjadi penting, jangan malah sok kuasa, padahal juga pelaku dengan bentuk yang berbeda.

Pendidikan moral. Ranah agama memegang penting dan signifikan. Bagaimana benar dan salah selama ini selalu menjadi tarik ulur, apalagi orang politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun