Yang merasa memenangkan jelas bisa demikian, wong yang tidak ikut andil saja merasa juga berhak meminta dan memaksa untuk ikut bagian di sana. Entah ini namanya apa, politik seenak udelnya sendiri yang ada di depan mata, tidak malu-malu mengingkari apa yang ernah terjadi. Ingat ini  zaman digital, semua ada rekaman, jangan  pikir zaman batu seperti otak kalian yang beku.
Kepentingan berbagai kelompok yang merasa terancam dengan kinerja Jokowi ada beberapa pihak,
ASN dengan birokrasi bobroknya, tidak heran mereka hanya menyumbang kisaran 28% suara. Mereka terbiasa tidak bekerja optimal namun akan tetap sampai usai kisaran 56-60 tahun dengan gaji baik, pensiun, masih bisa juga ambil sana-sini.
Kini dengan model pemerintahan yang demikian, makin susah, apalagi mulai ada wacana untuk menciptakan birokrasi dan ASN ala swasta, mereka jelas keder dan berupaya untuk melengserkan presiden ini.
Kelompok, ormas, dan faksi yang selama ini nikmati di dalam mencaci, menjual demokrasi padahal aslinya mereka antidemokrasi. Mereka ini ingin seperti dulu. Mau presidennya Jokowi atau Prabowo mereka tidak peduli, yang penting bisa eksis, cari uang, membuat aksi dan tindakan yang menghasilkan uang dan pamor bagi mereka. Mereka tidak akan peduli siapa memegang pemerintahan, asal bukan penghalang mereka.
Ormas dan kelompok Antipancasila, semua paham siapa mereka. Dan ketika pemerintahan tidak ambil peduli mereka, mereka meruyak ke mana-mana, dan ketika kini ada upaya membuang mereka, jelas mereka menggigit balik.
Tidak heran mereka merasa demikian digdaya karena militerpun ada 3% yang menganut paham mereka, lebih dari sepuluh persen di kalangan muda, ASN, dan kelompok lainnya. Mereka membangun upaya dengan susah payah sekian lama, harus tersapu oleh pemerintah ini, pantas mereka marah.
Tangan-tangan Orba dan koruptor. Meskipun korupsi masih saja terjadi, toh upaya pembersihan makin masif, dan siapa yang mau hartanya mau disita, siapa yang mau menjadi gembel di tengah pembangunan yang gemerlapan. Soal rakyat dan negara miskin, mereka mana peduli.
Tugas relawan memang tidak akan lagi bisa seperti dulu, kampanye, mengabarkan prestasi dan harapan, kini, dukungan dengan doa yang pasti. Jelas tidak akan ada relawan yang meminta kursi atau hadiah apapun. Kerja demi bangsa dan negara koq, dengan kapasitas masing-masing.
Doa dan juga memberikan dukunga  moral dengan tulisan, atau apapun yang mampu dilakukan, bahwa Jokowi sebagai  presiden bersama banyak orang baik. Jangan kalah dengan elit yang merasa baik itu. Mereka sedikit hanya saja memiliki corong saja, ketika gaung relawan, rakyat, dan pemilih yang tanpa pamrih itu membesar, juga berdampak.
Terima kasih dan salam