Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar Konsistensi dari Amien Rais

9 Juli 2019   18:29 Diperbarui: 9 Juli 2019   18:48 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran itu tidak mesti hal yang bagus. Hal buruk pun bisa sebagai acuan untuk tidak dilakukan. Tengok bagaimana orang tua mengajarkan kepada anak, jangan tiru itu si malas, biar nanti gede tidak jadi pengemis. Memang pelajaran negatif tidak efektif, namun itu juga adalah cerminan politikus yang penting bagi politikus muda untuk membangun jati diri.

Kekurangan, ketidakbaikan, kelemahan dalam berprinsip baik dilihat sebagai bagian utuh berpolitik anak bangsa ini. apalagi kaliber Amien Rais yang memiliki pendengar, pengagum, dan jelas pengikut luar biasa banyak,  perlu diperlihatkan pola-pola aksinya yang tidak patut menjadi contoh dan patrun di dalam berpolitik.

AR sebagai politikus memang ulet, tulen, dan jempolan, namun sayang jauh dari kesan politikus sukses dan cerdas, malah lebih cenderung menampilkan kegagalan berpolitik sehingga malah di masa tuanya menjadi bahan cemoohan.

Padahal kurangnya apa ia menjadi salah satu pionir tumbangnya Soeharto, menjadi ketua MPR, mengantar alam demokrasi yang sejati. Terlibat penuh sebagai salah satu  pilar lahirnya demokrasi modern, hanya satu karena kurang nrima, karena tidak jadi presiden. lihat Akbar Tandjung, ia puas dengan posisinya, tahu diri dan menerima itu sebagai bagian dari rencana Tuhan, jika bicara ranah spritualitas. Ia tidak menebarkan sakit hati ke mana-mana. Ia duduk diam di masa tuanya.

Akbar sama saja jika mau berlaku seperti Amien, sangat mungkin. Atau Wiranto juga, toh mereka bersikap legawa, itu bukan garis tangannya untuk menjadi presiden. Dengan demikian masa tua dihadapi dengan suka cita dan ringan.

Kasihan sebenarnya melihat orang tua, eh di masa tuanya malah jadi bahan olok-olokan generasi muda. Maa di mana harusnya melihat bangsa dan negara yang melaju mengejar ketertinggalan dengan senyum bahagia malah dipenuhi perasaan jengkel, tidak terima, dan masgul. Miris.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun