Baju Persija bagi ASN dan Ide Luar Biasa
Anies Baswedan sebagai gubernur Jakarta memiliki wacana untuk mengenakan kaos tim Persija jika ada pertandingan antara Persija dan tim lain. beberapa hal layak dilihat, apakah ide ini keren, atau malah kacau? Berbagai aspek bisa terjadi dan apakah menimbulkan masalah atau tidak?
Persija itu bukan lagi milik Jakarta sebagaimana era 80-an yang penuh dibeayai oleh APBN karena itu adalah memang milik daerah. Kini Persija adalah hanya nama, soal lain adalah tim profesional, bukan lagi tim amatir zaman perserikatan. Ini soal kedudukan Persija dan pemprov yang digawangi Anies Baswedan.
Kedua, jika Persija misalnya menjadi wakil ibukota, bagaimana jika nantinya juga Persijatim juga main dan menuntut baju yang sama sebagai sebentuk dukungan. Ini baru satu cabang olah raga. Padahal Persijatim pun malah pernah bermarkas di Solo segala. Artinya nama dan asal itu dalam era profesional tidak lagi lekat sepert era lampau.
Ketiga, nah dari cabang lain, renang misalnya, atau bulu tangkis, bola volley, atau berkuda. Bagaimana mau diwujudkan bentuk dukungan itu, apa iya mau dengan kaos tim masing-masing? Kapan mengenakan seragam ASN, korpri, dan seterusnya. Ide yang tidak masuk akal sebenarnya.
Keempat, Persija itu hanya salah satu dari begitu banyak klub olah raga yang harus diperhatikan oleh pemprov, salah satu, bukan satu-satunya. Jangan mengatakan karena sudah besar, membawa nama Jakarta. Salah jika seorang pemimpin kog konsentrasi pada yang sudah besar saja. Jauh lebih penting memberikan perhatian pada tim, klub, kelompok yang belum besar agar bisa bersaing dan menjadi besar.
Kelima, upaya dukungan tidak harus dengan mengenakan kaos tim atau baju klub, apalagi jika itu dengan anggaran daerah yang tidak kecil. Malah bisa menjadi pertanyaan, sedangkan banyak kepentingan lain yang juga membutuhkan dana malah tidak diperhatikan.
Keenam, uang yang digunakan memang tidak terlalu besar, namun jika dipakai untuk memberikan beasiswa bagi pelajar untuk menekuni dunia olah raga secara lebih berprestasi jauh lebih bermanfaat dan penting. Aneh saja membelanjakan uang hanya untuk seragam yang tidak cukup signifikan bagi pengembangan daerah dengan olah raga misalnya.
Ketujuh, begitu banyak cara bukan hanya untuk Persija kog. Ke mana Persijatim, atau yang lainnya untuk sepak bola. Belum lagi perguruan silat atau olah raga lainnya. Masih banyak yang kembang kempis, mengapa alokasi dana tidak digunakan untuk itu.
Kedelapan, lucu dan ironis adalah perseteruan tidak jelas dengan pendukung Bandung, nah ketika ada aktifitas itu dan ada persinggungan aksi dengan pendukung Bandung, apa yang akan terjadi. jangan bicara muluk-muluk utopis ketika berbicara amuk massa. Ini hal yang serius, jangan dianggap sepele.
Kesembilan, upaya melepaskan klub untuk profesioal eh malah ini pimpinan daerah yang menarik-narik dalam kepentingannya. Jangan katakan itu keberpihakan, sedangkan banyak yang lain diabaikan. Soal serius yang tidak pernah menjadi perhatian, namun mengurus yang remeh temeh.
Kesepuluh, Persija ini belum memiliki stadion sebagai kandang pertandingan plus lapangan latihan sebagai kepunyaan klub, masih menyewa, jauh lebih bagus jika anggaran dipakai untuk membangun lapangan atau stadion sekalian, toh lagi-lagi akan terbentur dengan kepentingan klub dan kelompok lain.
Kesebelas. Keuntungan apa yang diperoleh oleh ASN dengan mengenakan kaos tim itu? apakah kinerja mereka menjadi lebih meningkat? Lebih tertib dan berdedikasi, dan lebih bagus? Sangat kecil kemungkinan itu bisa terjadi.
Mengapa?
Satu, belum tentu ASN di Jakarta itu mendukung dan fans Persija. Bisa saja ASN di Jakarta itu malah pendukung Persib, dan itu malah mengganggu kinerja. Tidak bisa lah dipaksa untuk mendukung sebuah klub, hanya karena ada nama yang tersemat.
Dua, belum tentu semua ASN suka sepak bola. Hal yang lucu, bukan meningkatkan kinerja ASN namun malah sepak bolanya. Sama sekali tidak mendasar dan ada hubungannya.
Tiga, ASN itu digaji  untuk bekerja melayani masyarakat, bukan menjadi pemandu sorak, atau supporter sebuah klub. Bagaimana kinerja mereka bukan diukur demi kebesaran klub kog, namun bagaimana warga Jakarta secara umum itu terlayani dengan baik. Olah raga, klub bola lagi itu hanya bagian kecil dari yang namanya Jakarta.
Empat, upaya kemandirian klub malah mau direduksi demi kepentingan politik pimpinan daerah. Ini jelas terbaca. Jangan membodohi rakyat yang cerdas, malah diajak bodoh seperti pemikirannya sendiri.
Apa yang dilakukan ini bukan soal olah raga, namun politik, jadi jangan masukan kanal olah raga karena sangat tidak tepat. Politik jauh lebih mengemuka dan pelaku politik juga yang berwacana. Â Gagasan dan ide-idenya bukan malah demi kemajuan secara umum, namun malah cenderung sektarian, primordial dalam aspek yang sangat luas, dan kepentingan bagian per bagian.
Pemimpin itu bukan hanya melihat sekelebat, namun keseluruhan dan memilah dan memilih dengan jeli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H