Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Penumpang Demokrat dan Ancaman Masa Depannya

3 Juli 2019   19:20 Diperbarui: 3 Juli 2019   19:33 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi ini banyak bertengger, seperti EE Mangindaan, juga tidak memberikan dampak banyak. Amir Samsudin, tidak terdengar suara dan visinya. Ada pula eks menteri yang mengirim anak dan sopirnya ke penjara. Sekarang mereka hanya dompleng pada Demokrat.

Ada pula Roy Suryo yang lebih banyak ngakak dan membuat candaan dari pada jaminan kualitas. Malah nyaring soal membawa ribuan barang dari kementerian yang ia pimpin. Bagaimana tidak membuat makin tenggelam, usai penggantinya sukses level Asian Games. Sudah mules makin mungkret pula.

Politik santun yang diklaim selama ini sudah hancur lebur hanya oleh beberapa gelitir politikus gagal Demokrat. Wajar jika forum pendiri meminta pertanggungjawaban untuk bebenah. Ingat Demokrat itu berjaya ketika memegang pemerintahan saja, bisa dimaknai sendiri bukan artinya apa?

Para pendiri ini juga dapat dimengerti, mereka seolah terasing dari kue partai yang dinikmati justru oleh pendatang yang berperilaku tidak karuan. Hal yang sangat bisa dipahami ketika mereka berteriak untuk mendapatkan udara segar.

Apakah itu semata klaim atau benar demikian, jelas bisa dilihat. Produk reformasi sudah mengenal jejak digital. Mengapa dulu diam saja? Sangat biasa ketika kenyang semua diam, pas sulit merasa ini dan itu. Nah ini sangat pendting mengambil keputusan dalam  kondisi demikian.

Posisi mendekat kepada pemerintah masih juga alot dan belum ada tanda-tanda yang jelas, kemungkinan bersama dengan koalisi 02 kemarin juga sudah susah. Permainan anak-anak baru yang masih grusa-grusu dan kegerahan para sesepuh ini tentu membuat SBY puyeng.

Keadaan SBY yang masih limbung politik dan personal dengan wafatnya sang istri menguras energi luar biasa. Keadaan ini tentu membuatnya makin berat. Jika tidak hati-hati, semua habis dan tidak bersisa, Demokrat selesai dan menjadi bagian sejarah.

Melupakan jasa rekan dan memilih teman baru menjadi gaya SBY. Dan itu tabungan atau investasi yang harus dibayar mahal. Tidak ada kawan loyal yang ada kepentingan dan pokok aman. Sangat serius, apalagi seolah SBY satu-satunya pemilik partai.

Pemilihan kader muda yang malah merusak reputasi menggambarkan SBY kehilangan kendali. Warna partai politik Demokrat hilang, selain ambigu dan main dua kaki. Memegang anak buah gagal, mengendalikan sesepuh pun gagal.

SBY membayar mahal pilihannya kali ini. Pernah enak namun berbagi dengan seenaknya sendiri, dan ketika banyak yang tidak puas, ya wajar teriak-teriak.

Perlu kehati-hatian dan jauh lebih penting adalah komunikasi seluruh elemen, jangan sampai malah membuat perpecahan dengan tudingan dan tuduhan tidak penting ala Ferdinand itu. Apalagi sampai pecat memecat. Jika demikian, pengalaman Golkar dan P3 bisa terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun