Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beti Beti Nasibmu Kini...

22 Juni 2019   11:19 Diperbarui: 22 Juni 2019   11:42 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beti Beti Nasibmu Kini...

Pemeriksaan saksi sudah selesai, persidangan di MK berkaitan dengan para pihak sudah usai, kini tinggal para hakim mengambil keputusan dari apa yang sudah tersaji selama beberapa hari ini. Hanya menunggu waktu dan hasilnya toh tidak akan jauh berbeda dengan apa yang ada.

Tuntutan yang diajukan toh tidak bisa dibarengi dengan bukti-bukti yang meyakinkan. Faktanya saja, tidak ada yang bisa menjawab kog, apa dari Prabowo-Sandi yang cukup meyakinkan pemilih untuk memberinya kepercayaan, selain asumsi dan opini yang itu-itu saja. Toh tidak pernah pemilih fanatis pun yang bisa memberikan jawaban.

Paling jauh melebar Jokowi bla..bla...bukan Prabowo pasti begini dan begitu. Fokusnya justru Jokowi. Dalam sidang kemarin pun fokus bukan Prabowo menang karena....tetapi Jokowi menang karena curang. Ini aneh, fokusnya selalu Jokowi. Mengapa? Ya jelas Prabowo memang tidak ada modal apapun untuk menang. Sederhana.

Sejak awal demikian, hingga mendekati ujung pun tidak jauh berbeda. Jauh lebih banyak yang dinyatakan dan didengungkan nama Jokowi bukannya Prabowo. Bagaimana bisa menang jika demikian coba?

Kembali pada judul, bagaimana salah satu saksi itu bersaksi dengan segala daya, mengerahkan ingatan, membawa bukti, dan juga tentunya waktu dan beaya yang tidak sedikit. 

Bagaimana soal benar atau palsu, atau itu nyata atau ilusi toh semua sudah terjadi. Tidak bisa lagi dibatalkan. Namun miris ketika tim pembela 01 sudah menyatakan sikap, dan jawaban dari pihak yang ia bela pun ternyata tidak cukup menenteramkan.

Salah satu penasihat hukum yang ia  dukung, Beti Kristiana menjadi saksi untuk pasangan Prab-Sandi, di mana ia menyatakan ada kecurangan di Kecematan Juwangi dengan temuan berupa ampolop coklat yang ia bawa.

Pendalaman materi malah membawa bumerang, ketika ia bukan penduduk setempat, ia menyatakan tidak tahu persis siapa dan mengapa amplop  yang ia bawa itu ada di luar ruangan, malah makin heboh ketika ia sepertinya tidak tahu dengan persis di mana Juwangi itu. Ia menyatakan perjalanan sulit sehingga perlu tiga jam perjalanan, semua sudah panjang lebar dijawab.

Lebih miris karena Bawaslu Boyolali, ataupun Paswacam Juwangi tidak mengetahui ada "kisah" itu selain ada di MK.  Mendapatkan saksi yang demikian, pantas jika tim yang ikut terkait, dalam hal ini pembela hukum Jokowi-KHMA menyatakan berpikir untuk memidanakan saksi yang demikian.

Menarik ketika penasihat hukum dari kubu yang sama menyatakan, silakan saja kalau mau dipidanakan, asal tidak merekayasa dan ada pernyataan persidangan yang menyatakan bahwa keterangan itu adalah palsu, karena dinyatakan di muka sidang. Miris apa yang dinyatakan, bahwa mempersilakan, tanpa ada sebuah upaya perlindungan dan pembelaan seminimal mungkin.

Beberapa hal patut dilihat;

Apa iya saksi itu begitu saja memberikan kesaksian, tanpa adanya koordinasi dengan tim pembela yang benar-benar paham dan tahu hukum? Sangat tidak mungkin orang biasa, bukan sarjana hukum maju dalam persidangan level MK dan kasus sengketa pilpres.  Menyaksikan reaksi tim hukum ini kog aneh dan seolah lepas tangan demikian. Toh ia bersaksi atas nama tim hukum 02.

Jauh lebih bisa diyakini, bahwa kesaksian itu adalah upaya tim hukum yang mencari  saksi, sudah ada komunikasi di antara mereka, akan berbicara apa, apa buktinya, dan apakah itu valid dan tidak, mosok kaliber doktor belum melakukan upaya paling tidak mengetahui keabsahan dan kronologis didapatnya bukti itu.

Mana ada sih anak buah salah, ini logis saja, mereka yang berpendidikan, berpengalaman, dan berkecimpung di sana tentunya sudah paham dengan apa yang sekiranya akan terjadi. 

Sangat mungkin saksi ini demi kemenangan pihak yang ia dukung menjadi pokoke, dan abai akan rasionalitas. Nah tim hukum yang memang pakarnya yang sebenarnya mengadakan seleksi pihak-pihak yang mau bersaksi.

Pun bukti-bukti sudah dipilah dan dipilih mana yang layak, mana yang tidak cukup menjadi bukti, atau malah ada yang bisa membahayakan pihak yang maunya membantu, malah menjadi pihak yang merugikan.  Kalau berbicara kurang waktu, mengapa riuh rendah beropini bisa, ketika memilah data tidak cukup waktu. Ini kerja pokrol namanya.

Miris lagi, sudah kemungkinan di depan teras penjara saja, ia tidak dikenal oleh koordinator jubir koalisi mereka. Ia disebut Bu Juwangi, miris kinerja amburadul begitu maunya menang.

Beti Kristiana tidak belajar membaca rekam jejak bagaimana reputasi yang ia dukung ketika terkena kasus hukum. Pembelaan mati-matian hanya sebatas konferensi pers, pembelaan dengan menuduh pemerintah begini dan begitu, namun itu saja. Usai kasusnya berjalan, selesai, merasa tidak kenal, merasa bukan bagian mereka, dan sejenisnya.

Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, dan banyak lagi telah menjadi korban mereka. Dukungan sepihak dan melupakan begitu saja dengan mudah. Syukurlah kalau pribadi-pribadi model demikian tidak menang. Kasihan rakyat yang hanya dijadikan pijakan mereka untuk naik. Usai naik ditendang dan tidak dianggap.

Politik kepiting benar-benar ditunjukan mereka. Yang kuat menjepit dan menarik yang lemah demi menjadi pijakan mereka. Jika Beti diajukan ke meja hijau, harus juga pihak yang mengoordinasi ikut dijadikan kasus hukum.

Seolah kejam dan keji memang, namun apa yang sudah dilakukan juga kejam kog. Pemaafan dan pengampunan penting, namun penegakan hukum juga tidak kalah penting. Pembelajaran bersama untuk bertindak bertanggung jawab dan ada risiko yang harus dipertanggungjawabkan.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun