Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konsistensi Anies Baswedan

15 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 15 Juni 2019   06:18 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Konsistensi Anies Baswedan

Luar biasa konsistensi Anies Baswedan dalam memimpin Jakarta. Sejak awal ia mendeklarasikan maju kotanya bahagia warganya benar-benar diwujudkan. Slogan yang membuatnya memenangkan pilkada DKI 2017 atas Ahok-Djarot yang harus mengakui keunggulan pasangan Anies-Sandi. Pilihan slogan itu juga tidak sembarangan karena sedang gencarnya penggusuran istilahnya Anies-Sandi kala itu.

Sisi lain Ahok-Djarot menamai sebagai penertiban karena apa yang mereka lakukan dengan dasar mengembalikan apa yang seharusnya demikian. Contoh  bantara sungai ya jelas untuk tanaman dan luapan air jika debit meningkat. 

Karena saat itu penuh rumah, mau tidak mau ditertibkan, dan sebagai rival politik menggunakan kesempatan itu sebagai penggusuran. Simpati mengalir.

Birokrat yang biasanya nyaman-nyaman saja dengan kinerja ala kadar, kudu bebenah dan main gas terus. Tidak heran dan tidak jarang bahkan walikota, anggota dewan hingga pimpinannya bertikai dengan sang gubernur. Artinya warga elit juga tidak bahagia dalam angan-angan Anies tentunya. Pas jika demikian.

Pengusaha pun tidak kalah gerahnya, bagaimana tidak mereka "dipalak" Ahok untuk membangun ini dan itu. Emang mereka rela dan seneng demikian, biasanya toh hanya memberikan ceperan bagi segelintir pejabat selesai. 

Eh diminta untuk membangun ruang terbuka hijau, parkiran perkantoran lembaga negara. Bangunan tinggi menjulang yang tanpa batas ala Ahok dijadikan bahan untuk meminta "upeti" yang besar. Gak bahagia lagi kalangan ini.

Air juga tidak bahagia, wong biasanya menyasar rumah, bahkan  perkantoran pun terendam, itu kan membahagiakan air, mengapa harus dipaksa menggunakan jalurnya lagi. Pemaksaan itu tidak enak. Nah airpun tidak bahagia.

Kesemrawutan beberapa tempat dan kawasan kan membahagiakan banyak pihak, ada tukang parkir, ada preman yang mengorganisir, ada juga copet, dan maling yang hilang kebahagiaanya karena tertib yang dipaksakan Jokowi-Ahok-Djarot. Itu menyalahi kodrat Jakarta.

Nah sampah pun dipaksa tidak bahagia kan biasa sembarangan saja "tidur" kog dipaksa harus ke tempat-tempat tertentu. Kan capek diangkut sana-sini, dilempar ke sana ke mari, diinjak-injak, disekop, dan seterusnya itu. menyusahkan bagi sampah.  Wong biasanya begitu juga hidup nyaman dan tenteram kog. Mengapa harus susah-susah.

Anies Sang pembaharu membawa kebagiaan bagi seluruh semesta.

Birokrasi jelas bahagia lagi, tidak ada lagi tuntutan tinggi sebagaimana dulu-dulu. Nyatanya warga bahagia dengan keberadaan yang sudah-sudah kog. Bukti sahih sudah banyak dilaporkan bagaimana sampah menjadi lagi bagian utuh masalah Jakarta yang sempat ada harapan membaik. Jelas sampah jadi bahagia juga dengan kehadiran salah satu pemimpin visioner ini.

Salah satu Kompasianer, Profesor Felix Tani pernah menayangkan tulisan berkaitan dengan sampah dan petugas yang dulu rajin itu. Dua  organ yang kembali bahagia lepas dari belenggu  Ahok pernah dituliskan. Ini lepas apakah petugasnya disuguhi apalagi ditraktir soto atau tidak tentunya.

Banjir kan sudah "kodrat" nya Jakarta, mengapa repot-repot mengatasi hingga melibatkan Jawa Barat, Banten segala, ribet, kasihan pejabat yang terkait, biarkan mereka bahagia, airnya juga bahagia bisa merendami banyak hal. Sungainya juga bahagia tidak dinaturalisasi seperti Greg Nwokolo yang belum tentu juga bahagia.

Media arus utama juga pernah melaporkan mengenai  kesemrawutan kawasan yang abadi kacau balau itu. Kawasan di mana preman, tukang parkir, tukang kredit, dan jasa keamanan bahagia bersama bertahun-tahun. Kalau menjadi tertib, tidak ada lagi distribusi rezeki di sana. Mana coba pembangunan manusia jika demikian.  Nah Anies sudah melakukan tugasnya dengan gilang gemilang bukan?

Mengenai korban rusuh 21-22 Mei yang lalu. Gubernur maju ke depan, memikul keranda jenazah syuhada yang meninggal sahid. Keterpihakan demi kebahagiaan warga termasuk menanggung seluruh beaya perawatan bagi korban perjuangan itu. 

Membahagiakan termasuk bukan warganya adalah tindakan mulia. Mau membesar dengan bahagia negaranya bahagian warganya. Jargon 2024 mendatang mungkin.

Membahagiakan termasuk Prabowo dan timnya, di mana ketua penasihat hukumnya adalah bagian dari Pemerintahan Daerah DKI. Nah apa salahnya membahagiakan orang yang pernah mengorbitkannya menjadi gubernur coba? Bahagia semua lapisan, bukan hanya sebagian saja.

Apalagi jika berbicara mengenai reklamasi dan IMB jelas dua hal yang berbeda. Reklamasi itu pengurugan laut yang merusak ekosistem, menyusahkan nelayan, dan menyebabkan banjir. Stop reklamasi, benar pilihan pemimpin yang membahagiakan nelayan, ikan, dan ekosisem di sana. Salahnya di mana coba?

IMB juga membahagiakan orang-orang yang telah mengeluarkan uang banyak untuk investasi, membangun, dan menjadikan kawasan reklamasi itu. coba bayangkan saja berapa banyak dana yang sudah dikeluarkan mereka? Anies cerdas menerbitkan surat izin karena memang membahagian warganya kog. Sesuai dengan jargon kampanyenya bukan?

Mengundang Muslimat HTI juga tidak ada yang salah. Itu kan warga negara, pemilih juga nampaknya. Mosok mau dibatasi geraknya, dibatasi upayanya berdemokrasi dan berserikat. Ah yang benar saja, yang betul adalah semua warga harus bahagia.

Konsistensi luar biasa dari seorang Gubernur penuh pengabdian. Membahagiakan kota, sungai, warga, dan seluruh elemen yang ada di DKI Jakarta. Apakah sudah maju, tergantung juga mau melihatnya. Tanya saja pada Pak Anies, atau Pak Lulung, jelas jawabannya.

Terima Kasih dan Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun