Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menakar dan Menalar Anies Baswedan untuk 2022 atau 2024

5 Juni 2019   10:53 Diperbarui: 5 Juni 2019   11:06 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilihan ini harusnya memberikan perhatian bagi Anies di mana ia sebagai representasi Prabowo-Sandi dan cara berpolitik dan pilihannya tidak disukai bahkan warga Jakarta sekalipun. Ini  termasuk politik identitas, selain prestasi Anies yang mandeg kalau tidak lebih kasar malah mundur lagi.  Apalagi kembali posisi Anies yang tanpa partai dan susah mendapatkan partai dengan pola yang ia tampilkan selama ini.

Jika Jakarta menang Prabowo-Sandi, kinerja dia yang jeblok masih lumayan tertolong. Ini sudah jatuh tertimpa tangga, jangan dianggap sepele. Eh malah makin ke sini makin parah.

Boleh disimpulkan pula kalau  politik identitas mulai berkurang dan tidak laku karena pilres siapa yang memenangkan di DKI Jakarta, namun pilihan Anies dengan mengunjungi, menyantuni, dan memberikan angin pada perusuh, ditambah soal takbir keliling arah Anies jelas. Ini bukan soal agama kog, soal politisasi semata.

Posisi Wakil Gubernur dan posisi Anies

Anies ini sendirian dalam banyak hal. Parpol pengusung hanya memanfaatkan ia mantan menteri Jokowi itu saja. Namun baik Gerindra atau PKS tidak memiliki ikatan yang bisa membuatnya mati-matian untuk membantu atau mempertahankan. Jadi apapun yang dilakukan saat ini cenderung pilihan pribadi dan sangat mungkin didepak oleh parpol.

Politik ala Anies yang tidak bisa dipercaya membuat posisinya sangat riskan. Seolah memelihara ular bagi parpol. Tidak heran ia juga tidak berdaya soal wakilnya. Jelas ia tidak rugi, namun daerah dan warga yang rugi karena kinerjanya makin tidak karuan.

" Mengirim" Bambang untuk menjadi tim Prab-San jelas upaya untuk menarik simpati koalisinya, menjaga posisi tetap bisa ada di dalam tangannya.

Apa yang dilakukan Anies selama ini demi memenuhi hasratnya pribadi. Ini tentu perhatian bagi partai sebagai kendaraan untuk menjadi kepala daerah ataupun presiden. Gerindra jelas tidak peduli dengan keberadaan Anies. PKS pun setali tiga uang, ia bukan kader ataupun tokoh di sana, dan tidak mudah bagi PKs mengambil orang luar tidak bisa dipegang ekornya lagi.

Langkah Anies yang bermain asyik dengan dirinya ini malah justru menjadi blundernya sendiri. Partai jelas menjaga jarak dan hati-hati mengusung orang demikian.Pun organisasi massa tidak cukup memberikan dampak politis. Mungkin nyaman bagi Anies untuk menyenangkan beberapa pihak, namun secara politik, kendaraan untuk pilkada atau pilpres makin tipis.

Kecenderungan politik identitas makin luntur. Eh pengalaman sukses tidak sengaja itu seolah menjadi kebanggaan dan prestasi pribadi Anies dan tetap dikenakan. Syukur bahwa orang model demikian melangkah dengan kesalahan demi kesalahan, DKI saja menjadi korban, dan tidak untuk periode mendatang, serta bukan negara yang lebih luas.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun