Tanpa bersama TNI-Polri yang berjibaku mengamankan Jakarta, malah merilis korban dari "perusuh"  ini jelas mau menyenangkan kelompoknya. Posisi cerdik atau culas itu beda tipis sih, dan ia memanfaatkan momentum itu. Menyenangkan sedikit  bos besar dan menafikan pemerintah pusat kan sudah biasa.
Ada dua indikasi cukup kuat bahwa ia memainkan peran bukan mendukung kelompok besar, namun bagi dirinya sendiri. Di mana ia menyatakan memberikan jaminan beaya bagi "korban" yang dirawat di rumah sakit. Padahal bukan semua warga Jakarta. Â Apa artinya? Iya datang sebagai pahlawan dan superhero bagi kelompok yang sedang menderita, siapa mereka? Ya bisa dipahami jelas siapa saja itu.
Memikul keranda lagi-lagi "korban" bisa dibaca perusuh, bisa juga teroris, ingat BPN menolak bukan kelompok mereka lho, tapi juga membuat narasi korban sebagai kebiadaban polisi, jelas artinya memainkan berkaki-kaki. Anies datang dan menjadi seolah-olah ia mendukung penuh siapa yang meninggal. Jangan membela itu pemimpin keren, apa iya ia juga memikul Pak Harto misalnya, atau siapa saja yang ia datang melayat lainnya.
Mengapa Anies terbaca buruk, pertama aksi ini sudah dilarang karena bisa adanya penyusup yang tidak bisa terkendalikan. Toh mereka datang dan kalau tewas, jangan langsung main tuduh polisi, sangat mungkin ada orang dendam dan dibunh di sana ini sangat mungkin.
Kedua, katanya aksi damai, toh agitasi, propaganda, dan hasutan tetap saja demikian marak dan merajalela. Susah melihat ini aksi damai. Dan Anies ada di sana. Menjadi bagian meskipun tidak langsung.
Ketiga, mengaku aksi damai, namun ada batu, senjata tajam, dan provokasi, tuduhan polisi import, polisi merangsek masjid, dan seterusnya. Apa ini wujud damai? Jelas sulit menerima akal dan narasi model ini.
BPN mengatakan bukan mereka namun Anies menjamin dan menjadi pengusung jenazah, bisa dimaknai apa coba? Anies mengamankan diri dan potensi untuk 2024 juga. Hati-hai tipikal demikian. rekan saja dijegal, apalagi rival.
Korban penjarahan, jelas ini asli korban, apapun dan siapapun pelakunya, korban pencurian tetap korban, dari sudut manapun tetap namanya. Beda dengan perusuh yang tewas, bagi polisi itu perusuh bahkan bisa saja teroris, dan bagi pihak yang sejalan pahlawan. Ada perbedaan istilah. Yang dijarah tetap saja akan dilabeli korban pencurian, penjarahan, atau perampokan. Palingan ala codot akan disalahkan karena jualan sedang ada demo.
Jokowi kembali menggunakan politik simbol ketika mengundang korban penjarahan. Apa yag seharusnya tanggung jawab Anies diselesaikan Jokowi. Sebenarnya bukan hanya kali ini Jokowi mengungkap rapor Anies, namun karena bebal dan merasa paling inilah yang membuat Jokowi lagi dan lagi memaksa memperlihatkan raport Anies dengan gamblang. Selama ini disimpan rapat, namun malah dijawab dengan sikap seenaknya.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H