Iriana istri Jokowi masih menyapu, memegang sapu bagi seorang ibu negara kog tampaknya jarang di bumi Indonesia ini. Dan itu dilakukan benar. Apakah itu pencitraan, cek rekam jejak usai itu. mengendong, membopong, dan menolong anak-anak, biasanya akan diperintahkan pada ajudan, ini tangannya sendiri, baru ke asistennya. Ini jelas rekam jejak spontan yang bukan buatan.
Pilihan bisnis anak-anak yang sama sekali lepas dari politik dan birokrasi cukup memberikan gambaran keadaan negara makin baik dari perilku KKN era dulu yang merajalela. Lihat dan bandingkan saja pejabat yang biasa menumpuk anak, paman, adik, ipar, dan menantu di dalam satu parpol.Â
Cek siapa saja di sana dan siapa mereka. Lagi-lagi ini buah pendidikan dan proses panjang bukan hanya ketika menjabat presiden.
Memerintah negara menjadi lebih mudah, karena begitu banyak pembantu, jajaran, dan tim ahli yang berlimpah-limpah. Mereka profesional, ahli, dan berkualifikasi mentereng lainnya. Menjadi orang tua itu seni, Â mengerti dengan baik kondisi, kebiasaan, dan karakter masing-masing anak dan penanganan yang berbeda.
Bayangkan dengan tiga-empat anak itu juga kepribadian, kebiasaan, kesukaan, dan kelemahan masing-masing. Orang tua yang bisa mengantar keempatnya menjadi pribadi masing-masing, dengan capaian mereka sendiri-sendiri itu adalah prestasi.Â
Paling-paling yang membantu di dalam pendidikan mereka hanya beberapa. Â Bayangkan dengan pembantu seorang presiden atau perdana menteri.
Keterlibatan penuh di dalam pendidikan keluarga menjadi penting. Orang tua yang mengenal anak-anaknya akan terbantu dalam banyak hal untuk mengenal kebutuhan, keprihatinan, dan kesukaan masing-masing bisa dijawab dengan tepat.Â
Nah blusukan kog nampaknya berasal dari pengenalan akan anak-anaknya terlebih dulu. Pengalaman dalam keluarga diterapkan dalam bekerja.
Pantas saja dengan mudah Jokowi mendikte capres lain setiap kali debat. Penguasaan materi dan pendidikan di dalam keluarga sungguh membantunya mengenal karakter anak-anak, dan Prabowo seolah menjadi anaknya ketika debat. Dari debat ke debat selalu saja kendali dalam tangan Jokowi.
Rangkulan, sapaan, dan kehadiran seluruh Nusantara menjadi pembeda dari pemerintahan sebelum-sebelumnya. Potensi yang tersumbat karena jalan dan akses komunikasi yang buruk mulai diretas dan dipatahkan dengan pembangunan masif dan gencar demi menyamakan di dalam banyak kawasan.
Ada anggapan bahwa infrastruktur tidak mendesak, karena tidak tahu dengan baik kondisi bangsa ini seperti apa. Negeri ini bukan hanya Jawa plus Bali saja, atau malah Jakarta saja.Â