Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pantas Jokowi Sukses Memimpin Negeri

14 April 2019   09:10 Diperbarui: 14 April 2019   09:26 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pantas Jokowi Sukses Memimpin Negeri

Beberapa kali nonton film, sebelum film tayang, ada "iklan kampanye" Jokowi. Dalam narasi yang dibangun adalah sosok Iriana yang sangat membaantunya dalam segala suasana. Saya awalnya tidak begitu sreg untuk mengangkat menjadi tema tulisan. Mengapa? Karena sisi lain, capres dari sebelah berbeda 180o  dengan pesan yang ada.

Posisi Jokowi-Iriana tidak ada yang salah, itu juga capaian dan prestasi. Tetapi posisi Prabowo juga tidak mudah, dan itu bukan sebuah ulasan yang cukup baik bagi saya. Keluarga itu sangat pelik dan rumit, bisa ada peran keluarga besar, ada rencana Tuhan yang tidak bisa dinafikan, dan kasus khusus politik tingat tinggi yang dialami si capres ini.

Eh ada kutipan kata-kata Perdana Mentri Inggris Winston Churchill, "Lebih mudah memerintah sebuah bangsa dari pada membesarkan anak." Sumber buku Docat

Akhirnya malah jadi tertarik untuk melihat keberhasilan Jokowi berangkat dari keberadaannya sebagai seorang bapak yang telah membawa warna yang berbeda. Tentu berangkat dari pemberitaan baik media arus utama ataupun media sosial.

Keluarga yang cair, akrab, dan bahagia. Beberapa hal ditampilkan alamiah dan tidak dibuat-buat itu memang demikian. Bisa dilihat sebagai berikut.

Jokowi wawancara dengan cucu, si Jan Ethes clometan, konteks sederhana yang ada, susah mau melepaskan sebagai capres atau kakek. Dua hal yang sinergis dan betul mengundang simpati dan berbahagia bersama. Alamiah.

Ketika cakepnya Jan Ethes menjaadi bahan pelecehan bahwa itu keturunan dari ibunya, bukan Gibran dan Jokowi, jawaban Gibran dan Kaesang yang nimbrung jelas itu adalah keluarga. 

Ada kesan yang ditampilkan Gibran dengan kata maafnya adalah sabar dan tidak masuk hati di dalam dirinya. Malah minta maaf. Si adik yang mengatakan Mas dibully, memberikan kesan kalau mereka menilai itu sebuh candaan bukan malah penghinaan. Ini proses pendidikan dalam keluarga.

Mereka berdua ketika ada kata-kata dan perilaku buruk di media sosial malah menjadi bahan candaan. Kaesang yang didoakan dagangannya tidak laku dijadikan teman oleh Gibran. 

Jawaban atas alasannya, semua musuh Kaesang adalah teman Gibran. Apakah ini serius sebagai musuh dan permusuhan dalam keluarga? Jelas tidak.

Iriana istri Jokowi masih menyapu, memegang sapu bagi seorang ibu negara kog tampaknya jarang di bumi Indonesia ini. Dan itu dilakukan benar. Apakah itu pencitraan, cek rekam jejak usai itu. mengendong, membopong, dan menolong anak-anak, biasanya akan diperintahkan pada ajudan, ini tangannya sendiri, baru ke asistennya. Ini jelas rekam jejak spontan yang bukan buatan.

Pilihan bisnis anak-anak yang sama sekali lepas dari politik dan birokrasi cukup memberikan gambaran keadaan negara makin baik dari perilku KKN era dulu yang merajalela. Lihat dan bandingkan saja pejabat yang biasa menumpuk anak, paman, adik, ipar, dan menantu di dalam satu parpol. 

Cek siapa saja di sana dan siapa mereka. Lagi-lagi ini buah pendidikan dan proses panjang bukan hanya ketika menjabat presiden.

Memerintah negara menjadi lebih mudah, karena begitu banyak pembantu, jajaran, dan tim ahli yang berlimpah-limpah. Mereka profesional, ahli, dan berkualifikasi mentereng lainnya. Menjadi orang tua itu seni,  mengerti dengan baik kondisi, kebiasaan, dan karakter masing-masing anak dan penanganan yang berbeda.

Bayangkan dengan tiga-empat anak itu juga kepribadian, kebiasaan, kesukaan, dan kelemahan masing-masing. Orang tua yang bisa mengantar keempatnya menjadi pribadi masing-masing, dengan capaian mereka sendiri-sendiri itu adalah prestasi. 

Paling-paling yang membantu di dalam pendidikan mereka hanya beberapa.  Bayangkan dengan pembantu seorang presiden atau perdana menteri.

Keterlibatan penuh di dalam pendidikan keluarga menjadi penting. Orang tua yang mengenal anak-anaknya akan terbantu dalam banyak hal untuk mengenal kebutuhan, keprihatinan, dan kesukaan masing-masing bisa dijawab dengan tepat. 

Nah blusukan kog nampaknya berasal dari pengenalan akan anak-anaknya terlebih dulu. Pengalaman dalam keluarga diterapkan dalam bekerja.

Pantas saja dengan mudah Jokowi mendikte capres lain setiap kali debat. Penguasaan materi dan pendidikan di dalam keluarga sungguh membantunya mengenal karakter anak-anak, dan Prabowo seolah menjadi anaknya ketika debat. Dari debat ke debat selalu saja kendali dalam tangan Jokowi.

Rangkulan, sapaan, dan kehadiran seluruh Nusantara menjadi pembeda dari pemerintahan sebelum-sebelumnya. Potensi yang tersumbat karena jalan dan akses komunikasi yang buruk mulai diretas dan dipatahkan dengan pembangunan masif dan gencar demi menyamakan di dalam banyak kawasan.

Ada anggapan bahwa infrastruktur tidak mendesak, karena tidak tahu dengan baik kondisi bangsa ini seperti apa. Negeri ini bukan hanya Jawa plus Bali saja, atau malah Jakarta saja. 

Ada Papua yang juga anak kandung bangsa. Ada Sulawesi dan Kalimantan, bukan saudara tiri atau anak angkat, pun Sumatera.

Pengalaman di dalam keluarga itu penting di dalam membangun bangsa. Padahal banyak elit itu tidak peduli pada keluarga, pantas jika negara menjadi kacau, karena si bapak malah memelihara istri muda, anak-anak berkelahi dan bertikai rebutan ibu tiri atau perusahaan si bapak. Miris sebenarnya bukan?

Harapan makin besar dan nyata dengan kehidupan keluarga yang baik dan itu fakta bukan rekaan semata. Jokowi sekali lagi cukup beralasan dan cukup bukti.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun