Ada pula kemungkinan kemarahan atas adanya dugaan pernyataan Rizieq yang diungkap Yusril. Model baperan Pak Beye yang akut, jelas reaksinya akan frontal, dan itu dinyatakan dengan gamblang di depan publik, mereka tidak datang dalam gelaran sholat subuh bersama itu.
Terlihat bahwa badai itu justru datang dalam waktu yang sudah tidak lagi mungkin mengembalikan kepercayaan publik. Ini cukup serius dan siginifikan. Tidak akan ada dan cukup waktu untuk mengejar ketertinggalan. Usai cukup percaya diri dari hasil rilis survey Litbang Kompas, kini makin susah mengatasi kekacauan yang ada di dalam.
Kisaran enam bulan memperoleh pengaruh sekitar enam persen, dan tinggal sepekan malah diporakporandakan angin ribut yang ada di pusaran inti mereka sendiri. Sangat serius, ini juga terbaca dengan lugas oleh publik. Perselisihan politik SBY dan Prabowo bukan barang sepele.
Perilaku ugal-ugalan di dalam memberikan klarifikasi atau kemarahan yang makin sering itu, bukan juga hal yang sederhana. Justru itu memberikan petunjuk kepanikan tingkat tinggi, sehingga menyerang bak babi buta.
Jika keadaan baik-baik saja mengapa harus marah-marah, memaki, dan caci maki yang makin  sering terdengar?  Jelas bukan makin kentara ke mana angin akan berhembus.
Persoalan angin badai dan kamikaze ini karena mereka sejak awal berkoalisi di dalam keterpaksaan, bukan hasil  kompromi menang-menang.  Semangat untuk berjuang  itu sangat lemah dan makin lemah dengan kondisi terkini yang makin tidak jelas.
Perselisihan demi perselisihan memberikan lagi bukti keadaan itu jauh dari baik-baik saja. Kepentingan yang tidak terakomodasi, kegelisahan yang tidak terselesaikan, dan malah terlalu banyak berbicara di media, menambah runyamnya keadaan.
Kerakusan Gerindra memang membuat keadaan relatif aman, antarpartai tidak iri, namun bahwa akhirnya partai berebut demi eksistensi mereka terlupakan oleh mereka. Nasi telah menjadi bubur, nikmati saja buburnya jangan berharap  bisa menikmati nasi goreng pete yang sedap.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H