Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Tantrum Politik dan Capernya Demokrat

4 April 2019   10:06 Diperbarui: 4 April 2019   10:31 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tantrum Politik dan Capernya  Demokrat

Dua narasi aneh dan lucu dikembangkan politikus Demokrat. Satu pernah tersandung kasus dugaan obat terlarang, cukup pendiam awalnya, kini kambuh. Soal isu pencegatan jet pribadi capres mereka. Langsung tudingan Jokowi bermain.

Kedua, salah satu petinggi, bidang hukum lagi, usai ada tayangan ia bersama perempuan dengan nuansa sangat privat beredar, kini ia marah karena video ia pacaran menyebar. Lagi-lagi Jokowi yang harus turun tangan. Satu nada Jokowi menjadi pokok utama pembicaraan dan seolah kesalahan.

Eh disusul pula ada dugaan kalau media percakapan salah satu elit mereka diduga diretas dan mengirimkan gambar tidak pantas. Cukup menarik, karena elit mereka membela dengan lagi-lagi rezim yang  katanya suka mengulik kehidupan pribadi dan adanya upaya yang tidak baik dibiarkan.

Cukup menarik, mengapa hanya Demokrat saja di waktu yang berdekatan. Kemudian benarkah bahwa ini barisan Jokowi, jelas bukan Jokowinya yang dituding sih, apa untungnya jika tim mereka melakukan hal yang remeh demikian? Perlu juga dicermati apa keuntungan di balik itu semua?

Ulasan pertama tentu mengapa Demokrat

Sangat jelas posisi Demokrat yang pernah besar itu paling tidak beruntung saat ini. efek Prabowo dan tim sama sekali tidak menyentuh mereka secara langsung. Apalagi SBY sebagai andalan sama sekali tidak bisa turun ke lapangan karena kondisi Ibu Ani yang sedang gerah. AHY sama sekali belum mampu apa-apa dalam level ini.

Mereka paling terkena pula dampak atas kinerja, prestasi, dan capaian Jokowi, sangat mungkin mereka ingin kembali ke tampuk kekuasaan untuk menutup kegagalan mereka yang gamblang terpampang. Karena kondisi terjepit seperti ini, mau tidak mau memainkan politik korban yang pernah sukses di 2009 lampau. Sayang jauh dari arah ke sana kalau ini.

Demokrat yang menglaim diri partai santun sama sekali tidak mencerminkan itu semua. FH, AA, dan banyak lagi malah pencaci maki utama dengan bahasa sangat kasar, dan maaf seolah tidak makan bangku sekolah, lihat saja di media sosial mereka. Apalagi itu bisa dibaca hingga seluruh dunia lho. Santun itu apa hanya slogan dan sejarah.

Apakah tim Jokowi yang memainkan?

Sangat mungkin pihak-pihak pendukung fanatis Jokowi bisa saja demikian. Namun kalau resmi  dalam sebuah tim pemenangan, kog sangat kecil kemungkinannya, mengapa? Posisi Jokowi banyak pihak sudah memimpin, mosok mau menjatuhkan citra sendiri dengan cara jelek.

Rekam jejak belum memberikan bukti dan fakta yang cukup kuat bahwa itu bagian dari sebuah upaya terencana dan tim yang memang bertugas untuk itu. Jauh lebih merugikan kalau melakukan cara serendah itu.

Mengapa jika tim Jokowi menjatuhkan Demokrat, apa keuntungannya, ingat Demokrat tidak ada apa-apanya dalam kontestasi kali ini. Rivalnya adalah Gerindra dan ketumnya, jelas di sana, jelas apa yang perlu dibuat, mengapa harus kader Demokrat?

Misalpun Demokrat mengapa bukan AHY sekalian yang jelas representasi Demokrat dan SBY sekaligus. Itu jauh lebih menguntungkan bagi rival politik. Bukan kelas AA dan FH yang bukan siapa-siapa di Demokrat.

Susah melihat kalau ini adalah perilaku dari tim pemenangan Jokowi-KH Makruf Amin. Jelas malah merugikan, apalagi malah Demokrat. Demokrat sudah membebaskan kadernya boleh mendukung Jokowi-KHMA kog. Mosok mau disikat.

Jauh lebih masuk akal dan nalar kalau mereka hantam PKS sekalian yang banyak ulah dan dugaan ideologi pun bisa. Atau sekalian Gerindra dengan capresnya sekalian. Ini lebih masuk akal dan mendapatkan momentum karena toh kampanye.

Siapa yang untung dengan keberadaan isu ini?

Demokrat jelas. Mereka paham memainkan politik korban pernah sukses. Namun mereka lupa dan abai kalau kali ini kondisi berbeda. Mereka hanya bak anak kecil yang mainannya kalah bagus karena memang beda kondisi. Demokrat hanya mau caper, guling-guling di lantai dan meraung-raung, lagi-lagi tantrum, cari perhatian, bisa merusak, dapat pula menyakiti diri sendiri.

Apa yang dilakukan kader Demokrat ini jelas demi Demokrat dan kader mereka sendiri, memang sambil lalu dengan  mengaitkan dengan menejelekkan Jokowi, siapa tahu bisa membawa dampak cukup bagi pasangan yang mereka dukung secara resmi.

Susah melihat apa yang mereka tampilkan itu sebuah upaya menaikan usungan koalisi mereka karena sama sekali mereka secara terbuka mengatakan atau mengampanyekan pasangan yang mereka usung. Jelas itu trik mereka biar tidak kelihatan tidak setengah hati.

Mengapa mereka berbuat demikian? Jelas   posisi mereka sangat tidak menguntungkan karena tidak ada kader mereka ikut di dalam gerbong puncak pilpres. Kedua, mereka juga enggan memberikan tiket gratis pada cawapres kini untuk bisa langsung menjadi capres periode mendatang, dengan adanya AHY yang digadang-gadang capres mereka. Ketiga, posisi Demokrat yang perlu juga berjuang di  pileg bukan main-main.

Demokrat yang pernah besar tentu tidak mau kehilangan wibawa dan kebesaran masa lalu tentunya. Namun sayang perilaku santun, dan politikus ulet dan tulen mereka banyak dipecat dan tersandung kasus hukum. Kini yang ada hanya abg alay yang mudah marah, mencaci maki, dan malah banyak potensi jatuh pada skandal yang memalukan.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun