Rekam jejak belum memberikan bukti dan fakta yang cukup kuat bahwa itu bagian dari sebuah upaya terencana dan tim yang memang bertugas untuk itu. Jauh lebih merugikan kalau melakukan cara serendah itu.
Mengapa jika tim Jokowi menjatuhkan Demokrat, apa keuntungannya, ingat Demokrat tidak ada apa-apanya dalam kontestasi kali ini. Rivalnya adalah Gerindra dan ketumnya, jelas di sana, jelas apa yang perlu dibuat, mengapa harus kader Demokrat?
Misalpun Demokrat mengapa bukan AHY sekalian yang jelas representasi Demokrat dan SBY sekaligus. Itu jauh lebih menguntungkan bagi rival politik. Bukan kelas AA dan FH yang bukan siapa-siapa di Demokrat.
Susah melihat kalau ini adalah perilaku dari tim pemenangan Jokowi-KH Makruf Amin. Jelas malah merugikan, apalagi malah Demokrat. Demokrat sudah membebaskan kadernya boleh mendukung Jokowi-KHMA kog. Mosok mau disikat.
Jauh lebih masuk akal dan nalar kalau mereka hantam PKS sekalian yang banyak ulah dan dugaan ideologi pun bisa. Atau sekalian Gerindra dengan capresnya sekalian. Ini lebih masuk akal dan mendapatkan momentum karena toh kampanye.
Siapa yang untung dengan keberadaan isu ini?
Demokrat jelas. Mereka paham memainkan politik korban pernah sukses. Namun mereka lupa dan abai kalau kali ini kondisi berbeda. Mereka hanya bak anak kecil yang mainannya kalah bagus karena memang beda kondisi. Demokrat hanya mau caper, guling-guling di lantai dan meraung-raung, lagi-lagi tantrum, cari perhatian, bisa merusak, dapat pula menyakiti diri sendiri.
Apa yang dilakukan kader Demokrat ini jelas demi Demokrat dan kader mereka sendiri, memang sambil lalu dengan  mengaitkan dengan menejelekkan Jokowi, siapa tahu bisa membawa dampak cukup bagi pasangan yang mereka dukung secara resmi.
Susah melihat apa yang mereka tampilkan itu sebuah upaya menaikan usungan koalisi mereka karena sama sekali mereka secara terbuka mengatakan atau mengampanyekan pasangan yang mereka usung. Jelas itu trik mereka biar tidak kelihatan tidak setengah hati.
Mengapa mereka berbuat demikian? Jelas  posisi mereka sangat tidak menguntungkan karena tidak ada kader mereka ikut di dalam gerbong puncak pilpres. Kedua, mereka juga enggan memberikan tiket gratis pada cawapres kini untuk bisa langsung menjadi capres periode mendatang, dengan adanya AHY yang digadang-gadang capres mereka. Ketiga, posisi Demokrat yang perlu juga berjuang di  pileg bukan main-main.
Demokrat yang pernah besar tentu tidak mau kehilangan wibawa dan kebesaran masa lalu tentunya. Namun sayang perilaku santun, dan politikus ulet dan tulen mereka banyak dipecat dan tersandung kasus hukum. Kini yang ada hanya abg alay yang mudah marah, mencaci maki, dan malah banyak potensi jatuh pada skandal yang memalukan.