Padahal, jika mereka taat hukum dan cinta negeri ini tentunya akan mengusir mereka dari sana dan meneyrahkannya pada polisi. Jelas memperlihatkan mereka hanya mengejar kekuasaan dan menggunakan segala cara. Cara fasis lebih kentara dan itu tentu memalukan sebenarnya.
Lagi dan lagi BPN belepotan ketika ada adzan dan panggilan beribadah malah ditangggapi ada waktu untuk nyeruput kopi. Hal yang sejatinya wajar, normal, namun karena biasa memainkan isu agama, sentimen identitas, ini menjadi luar biasa. Mana rekomendasi ulama menemukan kualitasnya ketika mendapati orang model demikian.
Ini tentu bukan berbicara soal kualitas agama, namun sebagai calon pemimpin negara Pancasila tidak bisa menghargi sila pertama. Ibadah apapun agamanya itu penting. Pantas saja ketika ada tawaran baca Alqoran tidak menanggapi. Lha mengapa mengaitkan dengan ulama jika demikian?
Soal penghormatan dan penghayatan hidup beragama, menghormati agamanya sendiri saja gagal, apalagi agama lain. Miris menyaksikan calon pemimpin kog demikian. Apa yang ditampilkan itu soal kualitas, bukan semata soal beragamanya semata.
Jelas bukan ke mana pilihannya. Mau kata media seperti apa toh keberadaan Jokowi-KHMA jauh lebih menjanjikan dan menjadi harapan yang lebih jelas dan baik.  Keberlangsungan atas pembangunan dalam segala bidang  jelas sangat penting. Salah satu pekerjaan besar adalah pembangunan manusia, salah satunya ya jelas ibadah yang tidak semata ritual.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H