Identik dengan pilihan Romi ketika kepedean capres Jokowi bersama koalisi menjatuhkan sampur pada KH. Ma'ruf Amin, dan meninggalkan Mahfud MD. Sebenarnya biasa saja, toh Mahfud MD dan juga Pak Jokowi selesai dan baik-baik saja. Sayangnya reaksi Romi yang menyatakan Mahfud MD membuat baju karena keinginan sendiri.
Sangat tidak mungkin kaliber Mahfud itu kepedean, atau malah "memaksakan" diri dengan membuat baju biar dipilih. Pelecehan dari anak muda, meskipun becanda toh ini berlebihan, padahal bisa dijawab tanya saja Pak Mahfud jangan saya, gak etis. Selesai. Ranah etis dilanggar.
Romi yang masih cukup hijau ternyata jatuh pada penyakit akut politikus tua. Muda usia perilaku sama saja ternyata. Masih mudah tergiur uang dan jatuh pada lobang yang sama para sesepuh negeri ini.
Sekjend P3 menyatakan, beaya tinggi partai sangat mungkin menjadi alasan ketum jatuh pada kasus ini. Ini sebenarnya menjadi pernyataan sangat serius bagi hidup berbangsa ini. Bagaimana isu mahar politik dalam banyak hal terjadi, terutama dalam pilkada. Kembali mendapatkan bukti.Â
Mengapa politik beaya tinggi? Ini yang menjadi persoalan, bagaimana mau menyelesaikan persoalan korupsi, kalau kinerja parpol dengan hanya mengandalkan uang. Uang yang tidak jelas lagi asal dan peruntukannya seperti ini.
Mosok partai harus ditanggung oleh ketumnya mengenai keuangan. Keuangan yang pasti akan tinggi ya selalu korupsi sebagai jalan keluarnya kalau tidak dibenahi dengan baik. Era modern tapi otak masih saja zaman batu susah. Mau makan ya  kerja, bukan maling. Ini yang harus dijadikan pedoman.
Momentum tepat untuk bebenah dalam berpartai dan berpolitik. Mesin partai dijalankan oleh politisi yang mau mengabdi dan kaderisasi yang berjenjang dan berjalan baik. Mungkin terlalu utopis, namun bisa sangat mungkin bisa.
Terlalu banyak petualang politik dalam dunia parpol bangsa ini. Saatnya bebenah dan membangun partai secara modern bukan lagi ala zaman batu. Ideologi mendapatkan porsi penting sehingga mengurangi potensi kutu loncat yang menggunakan segala cara demi kekuasaan semata.
Politik sebagai sarana bukan tujuan, perlu yang namanya etika, dan itu perlu dijunjung untuk hidup bersama lebih baik. Penghormatan  pada pihak lain juga adalah menghargai diri sendiri. Hal ini masih belum cukup baik di dalam perpolitikan bangsa ini.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H