Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Agama antara Politik Identitas dan Penghayatan Spiritual serta Agama Capres ini

1 Maret 2019   09:00 Diperbarui: 1 Maret 2019   15:33 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana bisa perilaku munafik demikian bisa sekaligus merasa paling suci dan saleh? Cukup miris sebenarnya di dalam melihat perilaku mereka untuk bisa memperoleh kepercayaan dan keyakinan untuk memimpin.

Apakah bisa mereka mendapatkan kepercayaan, ketika agama dan Tuhan saja dijadikan sarana, apalagi hanya rakyat? Yakin demikian itu mau dijadikan pemimpin?

Paling memiriskan adalah, ketika seorang calon presiden, namun melakukan gerakan wudhu saja masih salah? Masalahnya itu adalah dasar dari seluruh aktifitas hidup beragama yang diimaninya. Bagaimana mau shalat, mengaji atau membaca Kitab Suci, ketika bersuci saja masih belepotan. Semoga kali ini sudah benar.

Namun, apakah bisa dalam kisaran empat tahun ini sudah jadi bisa mengaji dengan baik, ketika bersuci belum bisa, bagaimana bisa membaca apalagi merenungkannya? Susah melihat betapa susahnya memahami pemahaman beragama model demikian.

Lebih jauh, ketika pengetahuan dasar dan praktis saja gagal untuk dikuasi, bagaimana bisa menghayati dalam hidup, apalagi jika sampai berbicara mengenai pengamalan hidup beragama. Pengamalan itu jelas perlu adanya pengetahuan, pemahaman, dan akhirnya pengamalan ilmu beragamanya.

Bagaimana Jokowi yang diisukan selama ini katanya Katolik bernama Herebertus, keturunan China, dan seterusnya dan selanjutnya itu jauh lebih memberikan jaminan hidup beragamanya. 

Salah satu buah baik dari hidup beragama itu hidupnya tidak macam-macam. Egoisme jelas ciri orang beriman lemah, dan itu tidak menjadi gaya hidup Jokowi.

Kesenangan di dalam hidup sederhana. Lihat saja  bagaimana perilaku Jokowi dan keluarga yang tidak ajimumpung. Beda jauh dengan pribadi yang agamanya tidak jelas. Kecenderungan hedonis sangat mungkin bagi para penganut lemah iman.

Apa yang tersaji telah memberikan gambaran yang baik dan jelas bagaimana kualitas dari keduanya. Apakah ini tidak cukup memberikan bukti untuk memilih siapa di antara mereka berdua? Semua sudah jelas kog.

Negara berdasar Pancasila, sila pertama berkata soal Ketuhanan Yang Maha Esa, di sana, agama menjadi salah satu unsur mendasar. Bagaimana mungkin calon presiden namun tidak mampu menjalankan aktvitas dasar agamanya?

Pilihan sudah jelas, Jokowi sekali lagi, Jokowi satu untuk dua periode bersama KH Makruf Amin sebagai jaminan kelanjutan pembangunan. Susah melihat pembangunan dalam rel yang sudah baik ini malah dialihkan pada yang belum teruji dengan perilaku tersebut di atas. Mosok buat negara kog coba-coba, seperti kata iklan lama soal obat untuk anak kog coba-coba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun