Kesigapan mengambil apa yang selama ini juga diincar oleh banyak  pihak demi keamanan mereka juga. Hal yang sangat wajar. Ketika pihak luar tidak memiliki, tentu dengan segala daya upaya akan melakukan apapun demi mendapatkan apa yang Indonesia miliki.
Keberadaan Menteri Keuangan yang moncer dan berprestasi meskipun dikatakan sebagai menteri pencetak utang, toh apresiasi luar negeri dan lembaga internasional menambah pengakuan dan memang kualitasnya. Kesiapan mendanai banyak program dan juga membayar utang, membuat pemerintahan ini moncer.
Program, visi dan misi, serta perencanaan itu tidak mesti sesaat dan seketika bisa dinikmati hasilnya. Ada memang beberapa hal yang bisa seketika dinikmati hasilnya, seperti jalan dan pembangunan fisik, toh kegunaannya belum tentu langsung terasa. Tidak heran lahir ungkapan rakyat tidak makan beton atau infrastruktur. Ya memang tidak, karena rakyat makan nasi dan nasi bisa terdistribusi sampai meja makan perlu infrastruktur.
Kinerja moncer ini perlu adanya pengelolaan dan tata negara yang baik. Pemimpin lemah tidak akan bisa melakukan banyak hal dalam waktu yang singkat ini. Hayo jujur saja, siapa yang menolak mengakui betapa banyak perubahan dirasakan di dalam berbangsa ini empat tahun terakhir?
Kehendak baik dilakukan dengan baik, jadi hasil baik. Hasil tidak akan pernah menghianati proses. Bahwa masih ada kekurangan di sana-sini itu ya wajar. Normal, apalagi masih ada banyak penolakan di sana-sini karena mental lama yang malas kerja namun memperoleh gaji besar. Ini jelas di depan mata.
Politikus enggan kalah menjadi  persoalan terbesar selama periode ini. Bagaimana mereka selalu membangun narasi gagal dalam apapun capaian pemerintah. Masalah yang cukup rumit karena energi pembangunan bangsa ini tersandera untuk mengurusi mereka. Didiamkan ngelunjak, dijawab tiada guna. Mereka ini seolah benalu tidak dibersihkan mengganggu, dibersihkan menghabiskan waktu dan energi.
Beberapa pihak juga sejatinya orang yang malu karena tidak bisa melakukan hal yang sama. Jadi merasa malu karena kalah kinerja, namun seperti anak kecil yang ngamuk kalau kalah main kelereng. Mereka ini yang menebarkan racun bahwa kegagalan demi kegagalan yang digapai. Padahal itu adalah cerminan mereka sendiri.
Aneh dan lucunya  mereka tidak berbuat namun merasa jagoan dan lebih pinter. Mulut besar namun nol kinerja dan prestasi. Selalu saja berulang antara capaian pemerintah dan mereka yang merasa oposisi mementahkan dengan narasi omong kosong mereka.Â
Susah melihat bahwa yang selama ini omong gede itu  bisa melakukan. Mengapa demikian? Ada bagian masa lalu di sana, sepuluh tahun juga tidak mampu lebih baik kog. Ketika ada kemajuan pesat mereka seolah malu dan malah memusuhi yang mampu lebih baik.
Jelas bukan ke mana 17 April nanti memberikan dukungan? Mosok mau memilih dan memercayai orang-orang yang pernah gagal dan juga orang-orang yang hanya omong gede semata. Pembuktikan itu tidak perlu berkuasa dulu, namun juga diperlihatkan dalam tanggung jawabnya selama ini.
Apa iya hasil bagus yang sudah nampak itu mau dirusak lagi. Ingat bagaimana DKI Jakarta menjadi  contoh faktual hal itu. Kebaikan yang dirusak hanya karena perubahan kepemimpinan. Mau Indonesia  mundur lagi?