Campur aduknya politik, agama, kecenderungan prakmatisme uang dan kemewahan yang menjadikannya lemah dan banyak mencibir pada akhirnya. Perilaku orang beragama itu akan linier dengan sikapnya sehari-hari.Â
Susah ketika mulut meneriakan nama Tuhan, namun kakinya menginjak orang lain sebagai musuh yang boleh dibunuh. Mana ada ajaran agama waras yang demikian.
Tantangan Yusril jelas menohok dengan telak, NU dan Muhamadiyah saja berjarak dengan sangat ketat soal partai politik. Afiliasi pribadi boleh, namun secara lembaga tidak. Mereka paham karena memang itu sangat tidak mudah, dan bisa-bisa menodai kesucian keagamaan melalui partai politik.Â
Kedua ormas itu tidak memberikan dampak besar bagi partai politik yang banyak kadernya pun berasal dari sana. Ia tahu persis, apalagi hanya FPI dengan segelintir elitnya yang mudah galau dan silau itu.
Penolakan demi penolakan aktivis mereka di banyak daerah jelas menjadi kerugian sangat besar jika berani menyatakan membuat partai. Mana ada partai bisa eksis jika banyak daerah menolak mereka.Â
Mereka hanya kuat dalam cangap, ucapan namun kecil dalam esensi dan pengaruh. Salah satu syarat parpol adalah kepengurusan di setiap daerah. Jelas berat pagi FPI dan Rizieq.
Kecerdikan Yusril sebagai politikus ini jelas membantu banyak untuk menjadikan PBB bahan pembicaraan karena lawan yang ia hadapi banyak omong dan mudah terbakar emosinya. Saling berbalas komentar dan pernyataan itu penting bagi kampanye PBB.
Berkaitan dengan koalisi, hal yang cukup aneh, ketika orang tidak mau bertanggung jawab dalam perilaku pribadinya, malah dijadikan pendukung utama, dibantu ketika ada masalah, dan malah sowan, jauh-jauh, padahal di sana ada potensi pelanggaran hukum.
Hal yang cukup membantu pemilih untuk ke mana melabuhkan pilihan dan memberikan kepercayaan. Apa iya orang dan kelompok yang tidak jelas kemampuannya untuk dipilih. Rekam jejak dan perilaku selama ini  membantu bagaimana pilihan perlu dipertimbangkan.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H