Gerak langkah dan manufer Yusril yang berbelok mendukung calon presiden, pasangan Jokowi-Amin, membuat riak cukup besar. Paling tidak pentolan FPI yang sedang ngumpet meradang cukup keras.Â
Gerakan cabut calon dari kubu mereka di PBB dijawab suara FPI tidak signifikan, karena tidak pernah membantu lolos ke Senayan.
Opsi mundur pencalegan tidak mudah, akhirnya munculah gerakan jangan pilih kami. Selain menarik, sebenarnya ini juga menggelikan, bagaimana kampanye kog jangan pilih kami.Â
Gerakan aneh, lucu, dan maaf naif. Tidak usah demikian pun, yakin tidak banyak pemilihnya, selain kolega dan keluarga sendiri. Â Tragis, ironis, dan naif berkolaborasi jadi satu.
Yusril dan Manufernya
Dua pasang kandidat memang menjadikan rivalitas hampir bisa ditebak dengan mudah, jika tidak Jokowi, ya pasti 02, tidak 02 ya akan ke Jokowi-Amin.Â
Apalagi jika memang awalnya inten berdialog dan membangun komunikasi politik dengan  kubu sebelah dan kemudian ada di pihak lain. langsung terbaca dengan gamblang ada masalah, meskipun tidak dikatakan dengan terus terang.Â
Ditambah banyak orang yang tidak tahu politik malah ikut berkomentar dan menjadikan polemik lama. Orang politik suka dengan polemik dan perbincangan terus menerus.
Alasan PBB tentu tidak akan jauh-jauh sebagaimana dinyatakan PKS-Demokrat, suara koalisi dan figur 02 tidak cukup membantu banyak bagi upaya PBB bisa masuk sebagai salah satu partai politik yang lolos ke Senayan. Â Ini tentu cermat dan teliti perhitungannya bukan hanya soal kardus dan seterusnya. Esensi lolos ke legeslatif jauh lebih besar.
Peran FPI sebagaiman klaim dan gembar-gembor dari luar negeri toh dijawab dengan lugas oleh Yusril dalam dua jawaban cukup telak dan membuat terdiam, jika mau berpikir dengan rasional.
Yusril menantang Rizieq untuk membuat partai politik, jika memang ia bisa. Ini jelas pernyataan yang lugas, untuk membuat tetap PBB terdengar dan diperbincangkan. Akan lahir terus perang pernyataan dengan pribadi "brangasan" begitu. Dan keinginan Yusril memang terbukti dan terjadi.