Keempat, prestasi, cukup fenomenal dengan keberanian memberikan satu harga BBM untuk Indonesia, bukan Jawa. Masih ada pro dan kontra dan di lapangan tidak akan seindah kampanye pasti. Namun bahwa sudah diupayakan dan bisa terjadi itu prestasi. Perhatian baik untuk seluruh anak negeri yang belum pernah dicoba, kali ini sudah terlaksana.
Kelima, pembangunan infrastruktur, meskipun pro dan kontra toh sudah banyak yang menikmatinya. Lepas kepentingan politis toh semua mengakui sukses dan jelas adanya. Sekali lagi bukan hanya Jawa. Jalan toll juga dibangun di Sumatra, Sulawesi, bahkan Papua. Ini hal lagi-lagi berbeda, selama ini hanya Jawa-Bali. Pemerataan yang lumayan sukses dan baru.
Keenam, baru kali ini bisa bicara banyak di level Asia, ketika Asian Games bisa berbicara banyak. Dua kali usia Orde Lama puluhan tahun lalu. Lagi-lagi ini soal politis, jika mau obyektif toh memang berhasil dengan baik. Berhasil dalam hal prestasi dan juga tuan rumah. Lagi-lagi baru, jadi jangan sensi lagi.
Pembangunan prestasi ini bukan sepele dan tidak sesederhana yang tampak dalam Asian Games kemarin. Perjalanan panjang karena memang dipersiapkan dengan matang dan terencana dengan banyak terobosan baru. Prestasi tidak ada yang mudah dan murah. Dan di sana benar-benar direncanakan dengan terencana. Kerja tim yang dibangun dengan kehendak baik yang kuat.
Ketujuh, jalannya pemerintahan berjalan dengan relatif baik. Relatif mengapa? Toh diwarnai dengan politikus malas kalah, masih bisa berjalan dengan hasil yang baik. Susah membayangkan jika yang lampau yang menghadapi serangan ini. Bagaimana  dengan gangguan demikian kuat, toh masih bisa memberikan dampak yang baik di dalam berbagai bidang. Ini tidak mudah.
Kedelapan, bekerja dalam diam dan fokus. Tidak banyak ide, gagasan, dan omong dengan banyak bicara dulu. Bekerja dalam senyap namun memberikan hasil yang besar dan berdampak. Â Penguasaan blok Mahakam, Free Port, dan juga kerja sama dengan Swis soal korupsi. Tanpa gembar-gembor toh bisa diperoleh. Padahal dulu-dulu hanya omong dan rencana.
Kesembilan, tidak terlibat langsung dalam partai politik, apalagi ketua, sehingga bisa fokus dalam bekerja di dalam membangun negeri. Ribet banyak ketua umum partai, masih juga menjadi ini dan itu, sehingga bisa mengurangi konsentrasi karena adanya kepentingan juga untuk mengurus partai. Â Toh kepentingan partai juga perlu energi yang cukup besar.
Kesepuluh. Politik waton sulaya, sudah terbukti di Jakarta. Karena perbedaan di dalam pemilu, eh kinerjanya dinisbikan dengan diganti. Ini terlalu mahal jika dalam kerangka Indonesia yang demikian besar. Sayang jika hanya karena perbedaan dan merasa agar diingat kemudian mundur lagi apalagi sudah didengungkan akan menghidupkan Orde Baru lagi. Ini bisa berbahaya.
Kesebelas. Bisa berlaku sebagai pemimpin. Tidak mudah baper, difitnah, dinyinyiri, dan diperlakukan apapun, bisa bersikap bijak dan tetap jalan sesuai dengan tugasnya. Hal yang baik sebagai pemimpin, di mana itu adalah konsekuensi, dan tidak berpengaruh bagi kinerjanya. Bisa memilah dan fokus pada kinerja, bukan soal penilaian pihak lain. Lumayan meyakinkan.
Kedua belas. Prestasi kerja, di mana diawali dari bawah dan memberikan dampak yang baik dan kuat. Di mana memimpin, jejaknya  bisa diketemukan, dan itu adanya prestasi dan diakui, bukan hanya klaim atau pencitraan. Lepaskan sudut pandang politik dan akan jelas melihat. Tentu bukan pemujaan buta semata. Tidak banyak yang demikian.
Di balik itu semua, tentu ada kekurangan dan kegagalan di dalam banyak hal. Masih perlu waktu dan kesempatan, dan UU juga masih memberikan ruang, mengapa tidak dilanjutkan untuk dapat memperoleh hasil yang semestinya.