Eh pas menuliskan artikel ini, ada di bus orang menolak duduk karena sampingnya orang Kristen. Ini mau dibawa ke mana hidup bersama bangsa ini coba? Mati jadi kotak-kotak, hidup pun begitu.
Jangan Memilih Tidak Mau Mencubit namun Suka Mencubit
Sebenarnya sederhana kog, ketika orang bersuka ria dengan dikotomi, pemisahan, dan menilai liyan, coba dikembalikan, jika aku yang demikian, mengalami hal itu, atau aku pada posisi seperti itu, aku bagaimana. Ini menjadi penting, sehingga orang tidak akan jatuh pada kejadian memaksakan kehendak. Toleransi, empati, dan hidup bersama akan jauh lebih adem.
Mengapa bangsa ini seolah suka kotak-kotak, jika itu sejak dulu memang khas bangsa ini sih ya sangat wajar. Dulu tidak ada kog yang demikian, dulu biasa saja. Tidak ada masalah mau bajumu hijau aku kuning berjalan bersama, mengapa sekarang begitu mudahnya dibakar dan dihasut?
Jadilah diri sendiri dengan jati diri bangsa. Jangan malah menjadikan kultur lain sebagai rujukan dan ternyata di tempat asalnya malah jauh lebih baik dan berbeda dengan yang berkembang di sini. Entah karena mental lemah yang mudah dikelabuhi atau memang karakter tempe yang tidak bisa melihat yang baik.
Apanya sih yang buruk dalam agama itu? Tidak ada. Perilaku elit beragama yang busuk sejatinya. Lihat siapa mereka? Yang gaya hidup mewah. Menunjung gaya hidupnya dengan menaburkan kebencian, pemisahan, kontorversi dan model memilahkan aku dan kamu dengan jurang yang dalam. Ingat ini  bukan bicara agama atau tokoh tertentu juga bukan soal kekayaan. Gaya mewah yang tidak sejalan dengan prinsip beragama siapapun mereka.
Kekayaan dan harta bagi pemimpin agama itu juga perlu. Ingat kaya dan ewah beda. Bagaimana gaya mewah dipenuhi itu bisa jatuh pada mabuk agama dan menjual agama.
Fanatik dalam beragama itu harus, namun ke dalam bukan memaksakan kehendak pada yang lain. Sikap fanatis itu juga penting agar tidak mudah goyah. Â Jika demikian, tidak akan ada kecurigaan, kekhawatiran, dan kecemasan bahwa pihak lain akan menjadikannya ikut agama mereka.
Kristenisasi atau Islamisasi itu kerja abad pertengahan, lucu saja ketika abad dua puluh lebih masih berkutat demikian. Hidup itu  maju bukan mundur. Bagaimana pegangan android namun otak masih saja siput.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H